Definisi Budaya Organisasi
Pada hakikatnya, budaya organisasi memiliki
nilai baik bagi kemajuan suatu organisasi dimana budaya organisasi merupakan
salah satu perangkat manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Namun, budaya
organisasi bukan merupakan cara yang mudah bagi suatu organisasi untuk
memperoleh keberhasilan, dibutuhkan strategi yang dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu andalan daya saing organisasi. Jadi dapat dikatakan bahwa budaya
organisasi merupakan sebuah konsep sebagai salah satu kunci keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai tujuannya.
Secara etimologis, budaya organisasi terdiri dari dua kata, yakni budaya dan organisasi.
Budaya adalah suatu set nilai,
penuntun kepercayaan akan suatu hal, pengertian & cara berpikir yang
dipertemukan oleh para anggota organisasi & diterima oleh anggota
baru. Unsur-unsur Budaya:
1. Ilmu
Pengetahuan
2. Kepercayaan
3. Seni
4. Moral
5. Hukum
6. Adat-istiadat
7. Perilaku/kebiasaan
(norma) masyarakat
8. Asumsi
dasar
9. Sistem
Nilai
10. Pembelajaran /
Pewarisan
11. Masalah adaptasi
eksternal dan integrasi internal
Organisasi merupakan suatu sistem yang mapan dari sekumpulan orang yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan &
pembagian.Unsur-unsur organisasi:
1. Kumpulan orang
2. Kerjasama
3. Tujuan Bersama
4. Sistem Koordinasi
5. Pembagian tugas dan tanggung jawab
6. Sumber daya organisasi.
Jadi, Budaya Organisasi merupakan
penerapan nilai-nilai dalam suatu masyarakat yang terkait, bekerja di bawah
naungan suatu organisasi.
SUMBER-SUMBER
BUDAYA ORGANSASI
Tosi, Rizzo, Carroll mengatakan bahwa budaya
organisasi dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:
1.
Pengaruh eksternal yang luas.
Mencakup
factor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh organisasi, seperti lingkungan
alam (adanya empat musim atau iklim tropis saja) dan kejadian-kejadian
bersejarah yang membentuk masyarakat
2.
Pengaruh nilai- nilai yang ada di
masyarakat
Nilai- nilai yang
dominan dari masyarakat luas (misalnya kebebasan individu, kolektivisme,
kesopansantunan, kebersihan, dan sebagainya).
- Faktor-
faktor spesifik dari organisasi
Organisasi selalu
berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam usaha mengatasi baik masalah eksternal
maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang
berhasil. Penyelesaian yang merupakan ungakapan dari nilai-nilai dan
keyakinan-keyakinan. Keberhasilan mengatasi masalah tersebut merupakan dasar
bagi tumbuhnya budaya organisasi. Misalnya masalah menghadapi kesulitan usaha,
biaya produksi terlalu tinggi, pemasaran biayanya tinggi juga, maka dicari
jalan bagaimana penghematan di segala bidang dapat dilakukan. Jika ternyata
upayanya berhasil, biaya produksi dapat diturunkan demikian juga biaya pemasaran,
maa nilai untuk bekerja hemat (efisien) menjadi nilai utama dalam perusahaan.
Fungsi Budaya Organisasi
Menurut Robbins, fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.
Menurut Robbins, fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
a. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
d. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.
Menciptakan Budaya Organisasi
Isu dan kekuatan suatu budaya memengaruhi
suasana etis sebuah organisasi dan perilaku etis para anggotanya. Budaya sebuah organisasi yang punya
kemungkinan paling besar untuk membentuk standar dan etika tinggi adalah budaya
yang tinggi toleransinya terhadap risiko tinggi, sedang, sampai rendah dalam
hal keagresifan, dan fokus pada sarana selain itu juga hasil. Manajemen dapat melakukan beberapa hal dalam
menciptakan budaya yang lebih etis,
yaitu:
1.
Model peran yang visibel
Karyawan akan melihat sikap dan perilaku manajemen
puncak (Top Manajemen) sebagai acuan / landasan standar untuk menentukan
perilaku dan tidakan - tindakan yang semestinya diambil.
2. Komunikasi harapan etis
Ambiguitas etika dapat diminimalisir dengan
menciptakan dan mengkomunikasikan kode etik organisasi.
3. Pelatihan etis
Pelatihan etis digunakan untuk memperkuat standar,
tuntunan organisasi, menjelaskan
praktik yang diperbolehkan dan yang tidak, dan menangani dilema etika yang mungkin muncul.
Robbins (2007), memberikan 7 karakteristik
budaya sebagai berikut :
1) Inovasi dan
keberanian mengambil resiko yaitu sejauh mana karyawan diharapkan didorong
untuk bersikap inovtif dan berani mengambil resiko.
2) Perhatian
terhadap detail yaitu sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi,
analisis, dan perhatian pada hal-hal detil.
3) Berorientasi
pada hasil yaitu sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang
teknik atau proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4) Berorientasi
kepada manusia yaitu sejauh mana keputusan-keputusan manajemen mempertimbangkan
efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
5) Berorientasi
pada tim yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja diorganisasi pada tim
ketimbang individu-individu.
6) Agresivitas
yaitu sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
7) Stabilitas
yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya
status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.
Sedangkan Schneider dalam (Pearse dan Bear,
1998) mengklasifikasikan budaya organisasi ke dalam empat tipe dasar:
1) Control culture.
Budaya impersonal nyata yang memberikan perhatian pada kekonkretan, pembuatan
keputusan yang melekat secara analitis, orientasi masalah dan preskriptif.
2) Collaborative culture.
Berdasarkan pada kenyataan individu terhadap pengambilan keputusan yang
dilakukan secara people-driven, organic dan informal. Interaksi dan
keterlibatan menjadi elemen pokok.
3) Competence culture.
Budaya personal yang dilandaskan pada kompetensi diri, yang memberikan
perhatian pada potensi, alternatif, pilihan-pilihan kreatif dan konsep-konsep
teoretis. Orang-orang yang termasuk dalam tipe budaya ini memiliki standar
untuk meraih sukses yang lebih tinggi.
4) Cultivation culture.
Budaya yang berlandaskan pada kemungkinan seorang individu mampu memperoleh
inspirasi.
Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Budaya
Organisasi
Upaya untuk meningkatkan kualitas budaya organisasi menurut Robbins
(1996:289), yaitu:
a. Inovasi
dan pengambilan resiko.
Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi
inovatif dan mengambil resiko. Rela berkorban untuk memberikan yang terbaik
bagi organisasi dan dapat menciptakan Sesuatu hal yang baru dalam menghadapi
ketidakpastian lingkungan. Perusahaan berorientasi bagi para pengambil
resiko dan inovator, perusahaan juga berorientasi pada hasil yang dicapai oleh
karyawan, perusahaan juga lebih menyukai karyawan yang agresif. Perusahaan
cenderung untuk mencari orang-orang berbakat dari segala usia dan pengalaman,
perusahaan juga menawarkan insentif finansial yang sangat besar dan kebebasan
besar bagi mereka yang sangat berprestasi.
b. Perhatian terhadap detail
Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan
kecermatan, analisis dan perhatian terhadap detail. Dimana diperlukan karyawan
yang handal dan memiliki kompetensi dalam memberikan perhatian kepada
masalah-masalah yang perlu ditangani dengan lebih serius. Perusahaan suka
merekrut para lulusan muda universitas, memberi mereka pelatihan istimewa, dan
kemudian mengoperasikan mereka dalam suatu fungsi yang khusus. Perusahaan lebih
menyukai karyawan yang lebih cermat, teliti, dan mendetail dalam menghadapi dan
memecahkan suatu masalah.
c. Orientasi hasil.
Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil
bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
(hasil yang didapat harus sesuai dengan harapan, misalnya jumlah output dan
waktu terselesaikan output yang hendak di hasilkan).
d. Orientasi orang.
Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan
efek pada orang-orang di dalam organisasi itu. apakah keputusan manajemen
tersebut berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap pelaku organisasi.
e. Orientasi tim.
Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan
sekitar tim-tim yaitu diperlukan kerjasama dalam melaksanakan tugas bersama
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. bukannya individu. Perusahaan lebih
condong ke arah orientasi orang dan orientasi tim dimana perusahaan memberi
nilai tinggi pada karyawan yang dapat menyesuaikan diri dalam sistem
organisasi. Perusahaan juga menyukai karyawan yang setia dan mempunyai komitmen
yang tinggi serta mengutamakan kerja sama tim.
f. Keagresifan.
Berkaitan dengan agresivitas karyawan, yaitu
semangat dan spirit karyawan dalam melakukan suatu pekerjaan.
g. Kemantapan.
Organisasi menekankan dipertahankannya budaya
organisasi yang sudah baik. Menurut Sonnenfield banyak perusahaan
tidak dapat dengan rapi dikategorikan dalam salah satu dari empat kategori
karena merek memiliki suatu paduan budaya atau karena perusahaan berada dalam
masa peralihan.
Dua elemen terpenting dalam menciptakan perubahan budaya organisasi yaitu:
- Dukungan eksekutif: eksekutif
dalam organisasi harus mendukung perubahan budaya, selain dukungan verbal.
Mereka harus menunjukkan dukungan perilaku untuk perubahan budaya. Eksekutif
harus memimpin perubahan dengan merubah perilaku mereka. Ini sangat penting
bagi para eksekutif untuk mendukung perubahan secara konsisten.
- Pelatihan: perubahan budaya
tergantung pada perubahan perilaku. Anggota organisasi harus memahami dengan
jelas apa yang diharapkan dari mereka, dan harus tahu bagaimana melakukan
kebiasaan baru, setelah ditentukan. Training bisa jadi sangat berguna baik
untuk mengkomunikasikan harapan dan mengajarkan kebiasaan baru .
Komponen penting lainnya dalam perubahan budaya
organisasi adalah :
1. Menciptakan pernyataan nilai dan
kepercayaan: gunakan fokus karyawan pada kelompok, dengan departemen untuk
meletakkan misi, visi, dan nilai-nilai kedalam kata-kata yang menyatakan
pengaruh di masing-masing pekerjaan karyawan. Untuk satu pekerjaan, karyawan
menyatakan : "Saya menghidupkan nilai kualitas perawatan pasien dengan
mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang diucapkan pasien." Latihan
ini akan memberikan pemahaman umum terhadap budaya yang diinginkan yang
sebenarnya merefleksikan tindakan yang harus dipenuhi dalam pekerjaan mereka.
2. Mempraktekkan komunikasi yang
efektif: membuat semua karyawan mendapatkan informasi terkait dengan proses
perubahan budaya organisasi memastikan akan komitmen dan keberhasilan. Dengan
mengatakan pada karyawan apa yang diharapkan dari mereka adalah penting untuk
perubahan budaya organisasi yang efektif.
3. Review struktur organisasi:
perubahan struktur organisasi secara fisik untuk memenuhi keinginan budaya
organisasi yang diperlukan. Misalnya, dalam perusahaan kecil, empat unit bisnis
yang berbeda berkompetisi dalam hal produk, pelanggan, dan sumber dukungan
internal, mungkin tidak akan mendukung penciptaan budaya organisasi yang
efektif. Unit-unit ini seperti tidak mendukung kesuksean bisnis secara
keseluruhan.
4. Desain ulang pendekatan
terhadap reward dan pengakuan: mengubah sistem reward untuk mendorong perilaku
penting yang diinginkan dalam budaya organisasi.
5. Review
semua sistem kerja, seperti promosi karyawan, manajemen kinerja, dan pemilihan
karyawan untuk memastikan mereka sesuai dengan budaya yang diinginkan.
Misalnya, organisasi tidak bisa memberikan reward kinerja individu jika
persyaratan budaya organisasi menentapkan team work. Bonus total eksekutif
tidak bisa digunakan sebagai reward sasaran departemennya tanpa mengenali
pentingnya peran dia dalam tim eksekutif untuk mencapai tujuan organisasi.
No comments:
Post a Comment