A. Perubahan organisasi
Organisasi menghadapi lingkungan yang selalu
berubah dan dinamis. Untuk dapat bertahan organisasi itu harus menyesuaikan
dengan lingkungan. Perubahan merupakan suatu modifikasi ataupun berubahnya suatu
sistem dalam sebuah organisasi. Perubahan organisasi artinya perubahan dalam
organisasi seperti menambahkan orang baru, memodifikasi suatu program, merubah
misi, susunan dan sistem-sistem dalam sebuah organisasi.Istilah perubahan (
change ) bukan lagi istilah yang biasa dalam kehidupan sehari- hari. Disini
perubahan merupakan membuat sesuatu menjadi lain. Dan perubahan dapat juga
diartikan membawa ke arah penyempurnaan dan berbeda dengan keadaan sebelum
terjadi perubahan. Perubahan yang tidak mengarah ke kemajuan dan masih
mempertahankan sikap dan cara-cara yang tidak efisien,perubahan semacam ini
bukan merupakan pembinaan organisasi.
a. Mengelolah
perubahan
Tujuan perubahan:
1. Perubahan itu
mengupayakan perbaikan kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri terhadap
perubahan dalam lingkungan.
2. Perubahan itu
mengupayakan perubahan perilaku karyawan.
Suatu organisasi harus tetap
hidup, organisasi itu harus menanggapi perubahan itu mengupayakan perubahan
perilaku karyawan. Jika suatu organisasi harus tetap hidup, organisasi itu
harus menanggapi perubahan dalam lingkungan. Bila para pesaing memperkenalkan
produk atau jasa baru, badan pemerintah memberlakukan undang-undang baru,
sumber-sumber pasokan yang penting gulung tikar, atau terjadi perubahan lingkungan
yang serupa, organisasi itu perlu menyesuaikan diri. Upaya untuk merangsang
motivasi, memberi wewenang karyawan dan memperkenalkan tim kerja merupakan
contoh kegiatan perubahan terencana yang diarahkan pada menjawab perubahan
dalam lingkungan. Karena sukses atau kegagalan suatu organisasi pada hakikatnya
disebabkan oleh hal-hal yang dilakukan atau gagal dilakukan oleh para karyawan
perubahan terencana juga peduli akan pengubahan perilaku individu – individu
dan kelompok dalam organisasi itu. Dalam organisasi yang bertanggung jawab
untuk mengelola kegiatan perubahan adalah agen perubahan. Agen perubahan dapat
berupa manajer atau bukan manajer, karyawan atau konsultan luar.
b. Sumber perubahan
Macam Sumber perubahan :
1. Lingkungan
Perubahan lingkungan sangat mempengaruhi
perubahan organisasi, misalnya perubahan kebudayaan dalam lingkungan
organisasi, perubahan teknologi ekonomi.
2. Sasaran
dan nilai
Dorongan lain untuk perubahan datang dari
modivikasi sasaran organisasi serta perubahan nilai yang dapat menyebabkan
perubahan sasaran.
3. Teknik
Sistem taknik merupakan suatu sumber perubahan
organisasi, yang meliputi perubahan bentuk dan fungsi suatu produk atau jasa
dalam sebuah organisasi dan juga sistem transformasi yang dipakai oileh
organisasi tersebut.
4. Struktur
Struktur merupakan sumber perubahan dalam
organisasi, yang mana perubahan tersebut berkaitan dengan perubahan-perubahan
dan sistem dalam subsistem yang lain.
5. Manajerial
Peranan manajerial dalam perencanaan dan
pengawasan dalam organisasi ialah mempertahankan keseimbangan yang dinamis
antara kebutuhan akan stabilitas dengan kebutuhan akan adaptasi.
6. Konsultan
Konsultan merupakan salah stu prndorong yang
kuat dalam perubahan organsiasi, yang digambarkan sebagai jawaban yang mencari
pertanyaan atay pemecahan yang mencari persoalan.
c. Model perubahan perubahan organisasi
Beberapa ahli mengemukakan
beberapa model perubahan organisasi. Model-model yang dikembangkan dalam rangka
menghadapi perubahan lingkungan yang dinamis, kompetitif dan global.
Beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli organisasi sebagai berikut:
a. Model perubahan Lewin
Kurt Lewin mengembangkan kedalam tiga tahap dalam model perubahan organisasi yang meliputi bagaimana mengambil inisiatif perubahan, mengelola dan menstabilkan proses perubahan itu sendiri. Kemudian Robbins menjelaskan tahap perubahan tersebut menjadi unfreezing, movement dan refreezing.
Unfreezing ( pencairan ) merupakan proses awal, pada tahap ini terjadi pencairan perilaku dan sistem lama pertentangan terjadi antara factor pendorong dan penentang pada perubahan ini. Tahap ini akan lancar jika factor pendorong mendominasi. Kekuatan ini pendorong selanjutnya menggerakkan pada perilaku yang diinginkan. Langkah ini biasanya meliputi usaha penurunan tegangan-tegangan dalam suatu organisasi ke taraf yang ada pada saat sekarang.
Movement ( tindakan ) ialah melakukan tinadakan yang akan mengubah system social dari tingkat prilaku aslinya ke suatu tataran perilaku yang baru hal ini meliputi perubahan values, kepercayaan, sikap, cara kerja dan prosedur kerja. Pada tahapan ini pekerja diberi informasi baru, model dan sistem kerja yang diinginkan dan yang akan diterapkan, atau sebuah cara pandang baru.
Refreezing ( pengentalan kembali ) merupakan tahap pembekuan kembali perilaku, sisitem serta cara pandang yang diharapakan. Pada tahap ini diperlukan sebuah peneguhan dan penegasan kembali tentang arti pentingnya perubahan yang elah dilaksanakan. Untuk itu diperlukan system yang mengawasi dan mengawal pelaksanaan perubahan yang dijalankan.
Dalam model tiga tahap ini, Lewin menggunakan beberapa asumsi yang melandasi keberhasilan perubahan. Adapun yang dipakai Lewin adalah sebagai berikut:
1. Proses perubahan menyangkut mempelajari sesuatu yang baru, dan tidak melakukan sikap atau perilaku sekarang ini.
2. Perubahan harus didorong dengan adanya keinginan dan motivasi untuk berubah.
3. Manusia adalah penggerak perubahan.
4. Adanya resistensi, adanya perubahan yaitu sebuah keniscayaan, walaupun tujuan perubahan sangat diinginkan.
5. Perubahan yang efektif memerlukan penguatan perilaku baru, sikap, dan praktik organisasioanal.
b. Model perubahan Pasmore
Proses perubahan Pasmore berlangsung dalam delapan tahap. Kedelapan tahap tersebut meliputi :
1. Tahap persiapan
Tahap ini dimulai dengan mengumpulkan sejumlah pengetahuan tentang perlunya organisasi melakukan perubahan.
2. Tahap analisis kekuatan dan kelemahan
Setelah persiapan matang selanjutnya adalah melakukan analisis kondisi internal maupun eksternal berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi. Ini sangat berpengaruh terhadap kondisi perusahaan yang akan datang.
3. Tahap mendesain sub unit organisasi baru
Untuk mendukung perubahan diperlukan sub unit organisasi yang mempunyai fleksibelitas menghadapi perubahan organisasi.
4. Tahap mendesain proyek
Proyek dalam hal ini adalah perubahan secara menyeluruh dan berhubungan. Agar perubahan yang terjadi terintegrasi, maka seluruh anggota organisasi disertakan agar dapat memahami dan memiliki.
5. Tahap mendesain sistem kerja
Sistem kerja ini adalah bagian penting untuk memformalisasikan pekerjaan terutama yang bersifat rutin. Sistem kerja yang didesain untuk memudahkan evaluasi dan standarisasi pekerjaan.
6. Tahap mendesain sistem pendukung
Sistem pendukung ini merupakan sarana untuk melenggengkan perubahan yang sedang terjadi dan akan dilakukan.
7. Tahap mendesain mekanisme integratif
Ini merupakan proses untuk menjadikan sistem kerja dapat terkoordinasi secara baik dan berkesinambungan.
8. Tahap implementasi perubahan
Tahap ini merupakan yang terakhir, tahap implementasi perubahan dengan didukung oleh semua pihak dan dipimpin oleh maker organisasi.
Proses perubahan Pasmore berlangsung dalam delapan tahap. Kedelapan tahap tersebut meliputi :
1. Tahap persiapan
Tahap ini dimulai dengan mengumpulkan sejumlah pengetahuan tentang perlunya organisasi melakukan perubahan.
2. Tahap analisis kekuatan dan kelemahan
Setelah persiapan matang selanjutnya adalah melakukan analisis kondisi internal maupun eksternal berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi. Ini sangat berpengaruh terhadap kondisi perusahaan yang akan datang.
3. Tahap mendesain sub unit organisasi baru
Untuk mendukung perubahan diperlukan sub unit organisasi yang mempunyai fleksibelitas menghadapi perubahan organisasi.
4. Tahap mendesain proyek
Proyek dalam hal ini adalah perubahan secara menyeluruh dan berhubungan. Agar perubahan yang terjadi terintegrasi, maka seluruh anggota organisasi disertakan agar dapat memahami dan memiliki.
5. Tahap mendesain sistem kerja
Sistem kerja ini adalah bagian penting untuk memformalisasikan pekerjaan terutama yang bersifat rutin. Sistem kerja yang didesain untuk memudahkan evaluasi dan standarisasi pekerjaan.
6. Tahap mendesain sistem pendukung
Sistem pendukung ini merupakan sarana untuk melenggengkan perubahan yang sedang terjadi dan akan dilakukan.
7. Tahap mendesain mekanisme integratif
Ini merupakan proses untuk menjadikan sistem kerja dapat terkoordinasi secara baik dan berkesinambungan.
8. Tahap implementasi perubahan
Tahap ini merupakan yang terakhir, tahap implementasi perubahan dengan didukung oleh semua pihak dan dipimpin oleh maker organisasi.
c. Model
perubahan Kreitner dan Kinicki
Model perubahan yang
dikemukakan oleh Kreitner dan Kinicki adalah model perubahan dengan pendekatan
sistem. Dalam model ini ditawarkan kerangka kerja unuk menggambarkan
kompleksitas perubahan organisasi. Perubahan ini terdiri dari beberapa komponen
yaitu input, unsur-unsur yang hendak dirubah, dan output. Ketiga komponen
tersebut memiliki keterkaitan dan berhubungan satu sama lainnya. Input
merupakan faktor pendorong. Unsur yang hendak dirubah dalam model ini meliputi
aturan organisasi, faktor sosial, metode, desain kerja, teknologi dan aspek
manusia. Sedangkan out put dari model ini adalah perubahan disemua level
organisasi, perubahan di semua level kelompok dan perubahan individual.
d. Model
perubahan Kyagi
Model perubahan ini menekankan
pada peran kekuatan agen perubah dalam mengelola perubahan. Sedangkan dalam
tahap implementasi menekankan pentingnya transition management. Transition
management merupakan suatu proses yang sistematis yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian dan implementasi perubahan dari kondisi sekarang menuju
perubahan yang diharapkan. Komponen perubahan yang dikemukakan oleh Tyagi
meliputi: adanya kekuatan perubah, mengetahui permasalahan yang hendak dirubah,
proses penyelesaian masalah, mengimplementasikan perubahan.
e. Model untuk
mengelola perubahan organisasi ( Robbins )
Perubahan diprakarsai oleh
kekuatan tertentu. Kekuasaan tersebut dijalankan di dalam organisasi oleh
seorang agen perubahan. Agen tersebut memilih tindakan intervensinya; artinya
ia memilih apa yang harus diubah. Pelaksanaan dari intervensi ini terdiri dari
dua bagian yaitu, apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya. Bagian apa
membutuhkan tiga langkah: mencairkan keadaan status, bergerak kesuatu keadaan
yang baru, dan membekukan kembali keadaan untuk menjadikannya permanaen. Bagian
bagaimana merujuk pada taktis yang digunakan oleh agen tersebut untuk
melaksanakan proses perubahan bersangkutan. Perubahan pada suatu bidang dari
organisasi kemugkinan akan mendorong timbulnya kekuatan baru untuk perubahan
lainnya.
f. Model Lippit,
Watson dan Wesley
Model ini merupkan perluasan dari 3 langkah proses perubahan dari Lewin. Lippit , Watson, Wesley mengembangkan langkah prosedur perubahan Lewin menjadi 6 frase perubahan yang berencana antara lain :
a. Pengembangan suatu kebutuhan untuk melakukan perubahan
b. Menciptakan suatu tata hubungan perubahan
c. Melakukan perubahan
d. Generalisasi dan stabilisasi dari perubahan tersebut
e. Pencapaian suatu tata hubungan terminal
Model ini merupkan perluasan dari 3 langkah proses perubahan dari Lewin. Lippit , Watson, Wesley mengembangkan langkah prosedur perubahan Lewin menjadi 6 frase perubahan yang berencana antara lain :
a. Pengembangan suatu kebutuhan untuk melakukan perubahan
b. Menciptakan suatu tata hubungan perubahan
c. Melakukan perubahan
d. Generalisasi dan stabilisasi dari perubahan tersebut
e. Pencapaian suatu tata hubungan terminal
d. Pengembangan
organisasi
Pengembangan organisasi/ Organization Development ( OD
): Suatu kumpulan intervensi perubahan terencana yang dibangun diatas
nilai-nilai humanistik-demokratik yang berupaya memperbaiki keefektifan
organisasi dan kesejahteraan karyawan. Berikut ini secara singkat diidentifikasikan
nilai-nilai yang mendasar dalam kebanyakan upaya OD (Organization Development):
1. Penghargaan akan orang
2. Percaya dan mendukung
3. Penyamaan kekuasaan
4. Konfrontasi
5. Partisipasi
Adapun beberapa teknik atau
intervensi OD untuk membangkitkan perubahan yang dipertimbangkan oleh agen
perubahan yaitu
1. Pelatihan kepekaan : Kelompok pelatihan yang berupaya
mengubah perilaku lewat interaksi kelompok yang tidak terstruktur
2. Umpan balik survey: Penggunaan kuesioner untuk
mengenali penyimpangan-penyimpangan diantara persepsi anggota diikuti dengan
pembahasan dan saran perbaikan
3. Konsultasi proses: Konsultan memberi kepada seorang
klien wawasan kedalam apa yang terjadi disekitar klien itu didalam diri klien
itu. Dan antara itu dengan orang lain, mengidentifikasi proses-proses yang
memerlukan perbaikan.
4. Pembinaan Tim: Interaksi tinggi dikalangan anggota tim
untuk meningkatkan kepercayaan dan keterbukaan. Pengembangan tim meningkatkan
kepercayaan dan keterbukaan diantara anggota tim.
5. Pengembangan antar kelompok: Upaya OD untuk mengubah
sikap, stereotipe dan persepsi yang dimiliki satu kelompok terhadap kelompok
lain.
e. Cara mengatasi penolakan perubahan
Keberhasilan perubahan
membutuhkan pencairan (unfreezing) status quo, perpindahan (moving) ke keadaan
yang baru, dan pembekuan kembali (refreezing) perbahan tersebut agar menjadi
permanen. Coch dan French Jr. mengusulkan enam taktik yang dipakai untuk
mengatasi penolakan terhadap perubahan yakni:
· Pendidikan dan komunikasi
Penolakan dapat dikurangi dengan melakukan komunikasi dengan para pegawai untuk membantu mereka melihat logika dari perubahan. Taktik tersebut pada dsarnya berasumsi bahwa sumber penolakan perubahan terletak pada salah informasi atau komunikasi yang jelek. Jika para pegawai menerima fakta secara penuh dan menghilangkan kesalahpahaman, maka perlawanan tersebut akan mereda. Hal ini dicapai melalui diskusi perorangan, memo, presentasi kelompok atau laporan.
· Partisipasi
Orang sukar menolak suatu keputusan tentang perubahan jika ia terlibat di dalamnya. Dengan mengasumsikan bahwa para pegawai mempunyai keahlian untuk memberi kontribusi yang berguna, keikutsertaan mereka dapat mengurangi perubahan, mendapatkan komitmen, dan meningkatkan kualitas dari keputusan mengenai perubahan.
· Bantuan dan Dukungan
Agen-agen perubahan dapat menawarkan sejumlah usaha yang mendukung untuk mengurangi penolakan. Jika ketakutan serta ketegangan dari pegawai itu tinggi, maka konsultasi dan terapi pegawai, pelatihan ketrampilan baru, atau liburan pendek yang dibayar dapat membantu berlangsungnya penyesuaian.
· Negosiasi
Taktik ini mengisyaratkan pertukaran suatu yang bernilai untuk mengurangi penolakan. Misalnya jika perlawanan itu dipusatkan pada sejumlah kecil individu yang berkuasa, sebuah paket imbalan dapat dinegoisasikan untuk memenuhi kebutuhan peribadi mereka.
· Manipulasi dan kooptasi
Manipulasi merujuk pada usaha untuk mempengaruhi secara terbuka. Memutarbalikan dan mengubah fakta agar tampak lebih menarik, menyimpan informasi yang tidak menguntungkan atau menciptakan khabar angin yang salah agar para pegawai menerima suatu perubahan. Cooptasi adalah suatu bentuk manipulasi dan patisipasi. Cooptasi berarti mencoba menyuap suatu pimpinan kelompok penolak dengan memberikan peran penting dalam keputusan mengenai perubahan. Saran dari mereka yang telah di cooptasi dicari bukan untuk menghasilkan suatu keputusan yang lebih baik tetapi hanya untuk mendapatkan persetujuan dari mereka.
· Paksaan
Ini merupakan taktik yang menerapkan ancaman atau kekerasan langsung terhadap mereka yang menolak seperti ancaman dipindahkan, hilangnya promosi, evaluasi prestasi kerja yang negatif, atau surat rekomendasi yang jelek.
Lebih lanjut seorang Tokoh memaparkan bahwa sebelum melakukan pendekatan-pendekatan spesifik untuk mengatasi penolakan terhadap perubahan, terdapat enam kunci konklusi yang harus selalu diperhatikan, yaitu:
1. Organisasi harus siap untuk perubahan. Seperti meja yang selalu disiapkan sebelum makan, begitu juga organisasi harus selalu siap untuk perubahan yang menunjukkan keefektifan organisasi tersebut.
2. Perubahan organisasi akan gagal jika manajemen puncak gagal dalam memberikan informasi mengenai perubahan pada anggota organisasi.
3. Jangan berasumsi bahwa anggota organisasi melakukan penolakan terhadap perubahan secara sadar. Manajer harus menggunakan model sistem perubahan untuk mengidentifikasi hambatan yang disebabkan oleh proses implementasi.
4. Persepsi atau interpretasi anggota organisasi mengenai perubahan secara signifikan dapat menyebabkan penolakan. Anggota organisasi tidak akan menolak perubahan jika mereka berpendapat bahwa keuntungan dari perubahan dapat mereka rasakan juga.
Berdasarkan keempat hal di atas, maka para atasan, pemegang jabatan, atau manajer dari suatu organisasi disarankan untuk:
1. Memberikan informasi sebanyak mungkin mengenai perubahan kepada para pegawai.
2. Menjelaskan alasan dilakukannya perubahan.
3. Mengadakan pertemuan agar para pegawai dapat bertanya mengenai hal- hal yang berkaitan dengan perubahan.
4. Memberikan kesempatan kepada semua pegawai untuk mendiskusikan bagaimana perubahan dapat menguntungkan mereka. Rekomendasi- rekomendasi tersebut sangat penting dan dapat dikomunikasikan dengan semua pegawai selama berlangsungnya proses perubahan.
B. Manajemen Stres
a. Pengertian
stress
Stres adalah suatu kondisi dinamik yang
didalamnya seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala
(konstraints), atau tuntutan (demands) yang dikaitkan dengan apa yang sangat
diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.
Stres tidak dengan sendirinya harus buruk. Walaupun stres lazimnya dibahas
dalam konteks negatif, stres juga mempunyai nilai positif. Stres merupakan
suatu peluang bila stres itu menawarkan perolehan yang potensial.
Secara lebih khusus, stres dikaitkan dengan
kendala (Kekuatan yang mencegah individu dan melakukan apa yang sangat
diinginkan) dan tuntutan (Hilangnya sesuatu yang sangat diinginkan). Yang
pertama mencegah Anda untuk mengerjakan apa yang sangat Anda inginkan. Yang
kedua mengacu pada hilangnya sesuatu yang sangat diinginkan. Dua kondisi
diperlukan agar stres potensial menjadi stres yang sebenarnya. Pertama harus
ada ketidakpastian mengenai hasil atau keluaran dan kedua hasil itu haruslah
penting. Tidak peduli kondisinya, hanya bila ada keraguan atau ketidakpastian
mengenai apakah kesempatan itu akan dapat diraih, kendala akan disingkirkan
atau kerugian akan dihindari maka ada stres. Artinya, stres paling tinggi untuk
individu yang merasa tidak pasti apakah mereka akan kalah atau menang dan
paling rendah untuk individu yang berpikir bahwa menang atau kalah merupakan
suatu kepastian. Tetapi nilai penting dari hasil juga sangat menentukan. Jika
menang atau kalah itu suatu hasil yang tidak penting, tidak ada stres. Jika
mempertahankan pekerjaan atau meraih suatu promosi tidak penting bagi Anda.
Anda tidak mempunyai alasan untuk merasa stres dalam menjalani tinjauan
kinerja.
b. Dampak
stress
Berbagai tekanan dan gangguan dalam sebuah organisasi
tentunya pasti sangat sering terjadi. Hal ini lah yang perlu dihindari agar
kinerja kerja tidak terganggu. Semua bisa di atasi asalkan dapat
mengindikasikan masalah yang kita hadapi itu sendiri. Semakin seseorang
mendapatkan tekanan diluar batas dari kemampuan dirinya sendiri tentunya akan
mengalami stres pula yang cukup berat dan sangat mengganggu kerja otak termasuk
dengan daya ingat.Dampak dan akibat dari stress itu sendiri dalam buku Organizational
Behavior (Robbin), dikelompokkan menjadi tiga gejala, yaitu gejala
Fisiologis, Psikologis, dan Perilaku.
1. Gejala Fisiologis, meliputi sakit kepala,
tekanan darah tinggi, dan sakit jantung.
2. Gejala Psikologis, meliputi kecemasan,
depresi, dan menurunnya tingkat kepuasan kerja.
3. Gejala Perilaku, meliputi perubahan
produktivitas, kemangkiran dan perputaran karyawan.
Semua gejala-gejala yang disebutkan diatas tentu
sangat membuat ketidak nyamanan setiap orang. Ingin rasanya untuk terhindar
dari segala tekanan stres yang dialaminya. Bahkan sampai pada tingkatan stres
yang tinggi dalam gejala psikologis, seseorang bisa berfikir untuk mengakhiri
hidupnya. Tekanan yang dirasa sudah cukup berat lah yang membuat dampak seperti
itu.
c. Manajemen
stress
Dari titik pandang organisasi, manajemen mungkin
tidak peduli bila karyawan, mungkin tidak peduli bila karyawan mengalami
tingkat stres yang rendah sampai sedang. Alasannya, seperti diperlihatkan
didepan, adalah bahwa tingkat semacam itu dapat bersifat fungsional dan
mendorong ke kinerja karyawan yang lebih tinggi. Tetapi tingkat stress yang
tinggi, atau bahkan tingkat rendah tetapi berkepanjangan, dapat mendorong ke
kinerja karyawan yang menurun dan karenanya, menuntut tindakan dari manajemen.
Walaupun kuantitas terbatas stres mungkin bermanfaat bagi kinerja seorang
karyawan, janganlah mengharapkan karyawan beranggapan seperti itu. Dari titik
pandang individu, tingkat stres yang rendah malahan kemungkinan besar akan
dipersepsikan sebagai tidak diinginkan. Oleh karena itu tidak kecil kemungkinan
bagi karyawan dan manajemen untuk gagasan yang berbeda mengenai apa yang
menentukan suatu tingkat stres yang dapat diterima pada pekerjaan. Apa yang
mungkin dianggap oleh manajemen sebagai “Perangsang yang positif yang
mempertahankan agar adrenalin mengalir terus” sangat besar kemungkinan dianggap
sebagai “tekanan berlebihan”oleh karyawan itu. Hendaknya ada pendekatan
individual terhadap organisasional ke pengelolaan stres.
Ada dua pendekatan dalam manajemen stres, yaitu:
1 Pendekatan individu
a. Penerapan
menejemen waktu
Pengaturan waktu yang sangat tepat akan menjamin
seseorang tidak akan menjadi stres. Dikarenaka setiap orang pastinya memiliki
rasa lelah yang sangat besar dan perlukan pembagian waktu untuk istirahat dan
merelaksasikan tubuh dari kepadatan jadwal kerja. Pola pembagian waktu yang
baik antar waktu bekerja, beridah, dan waktu istirahat.
b. Penambahan
waktu olah raga
Dalam tubuh manusia diperluakan olah raga yang
dapat mengatur dan merangsang syaraf motorik dan otot-otot sehingga membuat
badan kita menjadi bugar. Ketahanan fisik yang dimiliki pun akan semakin baik.
Olah raga pun bisa dilakukan seminggu 3 kali atau 1 minggu sekali. Bisa dengan
joging di pagi atau di sore hari, cukup melakukan olah raga yang ringan.
c. Pelatihan
relaksasi
Setelah melakukan kerja yang cukup padat dan banyak,
tentunya membuat tubuh menjadi lelah dan diperlukan relaksasi yang membantu
menenangkan tubuh yang tegang menjadi relaks. Merefres
otak yang sudah di pakai untuk bekerja setiap hari. Cara yang ampuh dalam
relaksasi bisa dengan mendengarkan musik atau menonton film sambil bersantai.
Namun ada juga yang malakukan meditasi atau yoga.
d. Perluasan
jaringan social
Berhubungan dengan banyak orang memang sanagt
diperlukan. Selain dengan mempermudah dalam pekerjaan, dengan memiliki banyak
jaringan pertemanan juga bisa kita manfaatkan sebagi tempat berbagi dalam
memecahkan masalah yang di alami. Terkadang setiap orang hal seperti ini sangat
diperlukan sekali. Karena itu manusia adalah makhluk sosial yang saling butuh
membutuhkan.
2 Pendekatan
organisasional
a. Menciptakan
iklim organisasi yang mendukung
Banyak organisasi besar saat ini cenderung
memformulasi struktur birokratik yang tinggi yang menyertakan infleksibel. Ini
dapat membawa stres kerja yang sungguh-sungguh. Strategi pengaturan mungkin
membuat struktur lebih desentralisasi dan organik dengan membuat keputusan
partisipatif dan aliran keputusan ke atas. Perubahan struktur dan proses
struktural mungkin akan menciptakan iklim yang lebih mendukun bagi pekerja,
memberikan mereka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin
akan mencegah atau mengurangi stres kerja mereka.
b. Penetapan
tujuan yang realistis
Setiap organisasi pastinya memiliki suatu tujuan
yang pasti. Baik bersifat profit maupun non profit. Namun tujuan organisasi itu
harus juga bersifat real sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh organisasi
tersebut. Kemampuan suatu organisasi dapat dilihat dari skli yang dimiliki oleh
setiap orang anggotanya. Dengan tujuan yang jelas dan pasti tentunya juga
sesuai dengan kemampuan anggotanya maka segala tujuan pasti akan tercapai pula.
Namun sebaliknya jika organisasi tidak bersikap realistis dan selalu menekan
anggotanya tanpa adanya kordinasi yang jelas stres itu akan timbul.
c. Penyeleksian
personil dan penempatan yang baik
Pada dasarnya kemampuan ilmun atau skil yang
dimiliki oleh seyiap orang mungkin akan berbede satu dengan yang lainnya.
Penempatan kerja yang sesuai dengan keahlian sangat menunjang sekali
terselesaikannya suatu pekerjaan. Penyesuaiaan penempatan yang baik dan
penseleksian itu yang sangat diperluakan suatu perusahaan atau organisasi agar
setiap tujuan dapat tercapai dengan baik
d. Perbaikan
komunikasi organisasi
Komunikasi itu sangatlah penting sekali dalam
berorganisasi. Komunikasi dapat mempermudah kerja seseorang terutama dalam team
work. Sesama anggota yang tergabung dalam satu kelompok selalu berkordinasi dan
membicarakan program yang akan dilakukan. Komunikasinya pun harus baik dan
benar. Perbedaan cara kordinasi dan instruksi ke atasan mau pun bawahan. Sering
sekali terjadi kesalahan dan tidak mampu menempatkan posisi dan jabatan
sehingga terjadi kesalahan dalam mengkomunikasikan.
e. Membuat
bimbingan konseling
Bimbingan konseling ini bisa dirasakan cukup
dalam mengatasi stres. Konseling yang dilakukan kepada psikolog yang lebih
kompeten dalam masalah kejiwaan seseorang. Psikologis seseorang terganggu
sekali ketika stres itu menimpa. Rasa yang tidak tahan dan ingin keluar dari
tekanan-tekanan yang dirasakan tentunya akan menambah rasa stres yang
dihadapinya. Konseling dengan psikolog sedikitnya mungking bisa membantu keluar
dari tekanan stres
No comments:
Post a Comment