Konflik
didefinisikan sebagai :
- Adalah proses yang
dimulai ketika satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang pihak pertama
peduli.
- Apakah saat itu dalam
suatu kegiatan yang sedang berlangsung saat interaksi "menyilang"
untuk menjadi sebuah konflik interparty.
- Meliputi berbagai
konflik yang dialami manusia dalam organisasi :
- Ketidakcocokan tujuan
- Perbedaan penafsiran atas
fakta
- Ketidaksepakatan berdasarkan
ekspektasi perilaku
Transisi dalam
Konflik Pemikiran
Pandangan
konflik secara tradisional : Keyakinan bahwa semua konflik berbahaya dan harus
dihindari. Konflik dipandang negatif dan dibahas dengan istilah-istilah seperti
kekerasan, perusakan, dan irasionalitas untuk memperkuat konotasi negatif.
Pandangan tradisional ini konflik konsisten dengan sikap tentang perilaku
kelompok yang berlaku di 1930-an dan 1940-an.
Penyebab
:
-
Komunikasi yang buruk
-
Kurangnya keterbukaan
-
Kegagalan untuk
merespon kebutuhan karyawan
- Pandangan konflik
interaksionis : merupakan keyakinan bahwa konflik tidak hanya kekuatan
positif dalam kelompok tetapi itu benar-benar diperlukan untuk kelompok
untuk bekerja efektif. 3 kontribusi utama dari pandangan ini adalah
mengakui bahwa tingkat minimal konflik dapat membantu menjaga kelompok
layak, diri yang kritis, dan kreatif.
- Konflik konflik disfungsional yang menghalangi kinerja
kelompok. Konflik konflik fungsional yang mendukung tujuan kelompok dan
meningkatkan kinerjanya. Kriteria
yang membedakan apakah suatu konflik fungsional atau disfungsional adalah
dampak konflik tersebut terhadap kinerja kelompok, bukan pada kinerja
individu. Jika konflik tersebut dapat meningkatkan kinerja kelompok,
walaupun kurang memuaskan bagi individu, maka konflik tersebutdikatakan
fungsional. Demikian sebaliknya, jika konflik tersebut hanya memuaskan
individu saja, tetapi menurunkan kinerja kelompok maka konflik tersebut
disfungsional.
·
Konflik Tugas berkaitan
dengan isi dan tujuan dari pekerjaan. konflik hubungan berfokus pada hubungan
interpersonal. Konflik proses berkaitan dengan bagaimana pekerjaan yang
dilakukan. Studi menunjukkan bahwa konflik hubungan hampir selalu
disfungsional. Itu muncul karena gesekan dan permusuhan yang muncul selalu
menyebabkan bentrokan antar orang dan mengurangi rasa kepercayaan antar pribadi
yang dapat menghambar pekerjaan organisasi.
Tahap / Proses
Konflik
Potensi Oposisi atau Keitdakcocokan
Komunikasi
: Kesulitan semantik, kesalahpahaman. contoh, ada seorang karyawan yang bisa
enjoy dengan satu atasan dan saat atasan itu ganti karyawan tersebut merasa
stress. sehingga darisana menunjukan kalau komunikasi dapat menyebabkan masalah
yaitu misalnya kesalahpahaman.
Struktur
:
-
Ukuran dan spesialisasi
pekerjaan, semakin besar kelompok, akan semakin sering konflik itu terjadi.
- Kejelasan yurisdiksi /
ambiguitas. Semakin besar ambiguitas akan semakin sering konflik muncul. contoh
nya ada satu kelompok yang akan menguasai seluruh wilayah.
-
Ketidakcocokan Anggota
/ tujuan
-
Gaya kepemimpinan
(dekat atau partisipatif)
-
Sistem penghargaan
(menang-kalah)
-
Ketergantungan / saling
ketergantungan kelompok
Variabel
pribadi :
-
Perbedaan sistem nilai
individual. seperti contohnya adalah saat pertama kali melihat orang langsung
merasa tidak suka dengan orang tersebut. dan jika saat bekerja bertemu dengan
orang seperti ini, pasti konflik akan muncul.
- Tipe kepribadian.
Misalnya emosi. Emosi dapat menyebabkan masalah pula. Contohnya saat seorang karyawan membawa
marahnya pada saat pagi hari kedalam pertemuan meetingnya di jam 9 pagi pula.
Tahap
2 : Congnition and Personalization
Perlu diingat
dua poin . Pertama , Tahap II ini penting karena di situlah
masalah konflik cenderung didefinisikan , di mana para pihak memutuskan mengenai apa konflik tersebut . Titik kedua adalah bahwa emosi memainkan peran utama dalam membentuk persepsi . Emosi negatif memungkinkan kita untuk menyederhanakan masalah , kehilangan kepercayaan , dan menempatkan interpretasi negatif pada perilaku pihak lain .
Sebaliknya , positif perasaan meningkatkan kecenderungan kita untuk melihat hubungan potensial di antara elemen-elemen dari suatu masalah , untuk mengambil pandangan yang lebih luas dari situasi, dan untuk mengembangkan solusi yang lebih inovatif
masalah konflik cenderung didefinisikan , di mana para pihak memutuskan mengenai apa konflik tersebut . Titik kedua adalah bahwa emosi memainkan peran utama dalam membentuk persepsi . Emosi negatif memungkinkan kita untuk menyederhanakan masalah , kehilangan kepercayaan , dan menempatkan interpretasi negatif pada perilaku pihak lain .
Sebaliknya , positif perasaan meningkatkan kecenderungan kita untuk melihat hubungan potensial di antara elemen-elemen dari suatu masalah , untuk mengambil pandangan yang lebih luas dari situasi, dan untuk mengembangkan solusi yang lebih inovatif
Tahap 3 :
Intentions
Intentions:
intervensi antara persepsi masyarakat dan emosi dan perilaku terbuka mereka.
Niat ini merupakan keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu. Dengan
menggunakan 2 dimensi – cooperativeness (sejauh mana salah 1 pihak berusaha
untuk mengatasi permasalahan pihak lain) dan assertiveness (sejauh mana salah 1
pihak berusaha untuk mengatasi permasalahannya sendiri). Lima cara penanganan
konflik antara lain :
1.
Competing
ketika
seseorang berusaha untuk memenuhi nya kepentingan, terlepas dari dampak pada
pihak lain dalam konflik, ia bersaing. Contohnya ialah seseorang yang berniat
untuk mencapai tujuan dengan mengorbankan tujuan lain, berusaha untuk
meyakinkan yang lain bahwa kesimpulannya adalah benar dan kesimpulan orang lain
keliru dan mencoba untuk membuat orang lain disalahkan untuk masalah tersebut.
2.
Collaborating
Dengan
berkolaborasi, niat dari para pihak adalah untuk memecahkan masalah dengan
mengklarifikasi perbedaan daripada dengan mengakomodasi berbagai sudut pandang.
Contoh: berusaha untuk mencapai win-win solution yang memungkinkan tujuan para
pihak tercapai dan membuat kesimpulan dari penggabungan wawasan yang valid dari
kedua pihak.
3.
Avoiding
Seseorang
yang sadar akan adanya konflik dan berusaha mundur atau menghindarinya. Contoh
: menghindari orang yang berbeda oendapat dengan dirinya.
4.
Accommodating
Ketika
salah satu pihak berusaha untuk menenangkan lawan, pihak tersebut bersedia
untuk menempatkan kepentingan lawan diatas kepentingannya. Dengan kata lain,
dalam bertujuan untuk membangun relasi, salah satu pihak bersedia untuk
berkorban.
5.
Compromising
Dalam
compromising, tidak ada pemenang maupun pihak yang kalah yang jelas. Bahkan,
ada keinginan untuk menerima solusi yang memberikan kepuasan yang tidak
seutuhnya kepada masing-masing pihak. Karakteristik tang membedakan pada
kompromi adalah bahwa masing-masing pihak bermaksud untuk memberikan sesuatu.
Contoh: ketersediaan untuk naiknya harga dari 2$/jam daripada menjadi 3$, untuk
mengakui kesepakatan parsial dengan sudut pandang tertentu.
Tahap 4:
Behavior
Perilaku konflik
biasanya ialah upaya secara terbuka untuk melaksanakan niat masing-masing
pihak. Tetapi perilaku tersebut memiliki kualitas stimulus yang terpisah dari
niat. Sebagai hasil dari perhitungan yang salah, perilaku terbuka terkadang
menyimpang dari niat yang asli. Contoh : Anda mempunyai permintaan pada saya,
saya merespon dengan menentang, anda mengancam saya, saya mengancam anda juga,
dan seterusnya.
Tahap 5:
Outcomes
Hasil fungsional
dari konflik :
-
Peningkatan kinerja
kelompok
-
Peningkatan kualitas
keputusan
-
Stimulasi kreativitas
dan inovasi
-
Dorongan dari minat dan
keingintahuan
-
Penyediaan media untuk
pemecahan masalah
-
Penciptaan lingkungan
untuk evaluasi diri dan perubahan
Menciptakan
konflik fungsional
-
Perbedaan pendapat dan
menghukum avoiders konflik.
Hasil dari
konflik disfungsional :
-
Pengembangan
ketidakpuasan
-
Efektivitas kelompok
berkurang
-
Keterbelakangan
komunikasi
-
Mengurangi kekompakan
kelompok
-
Pertikaian antara
anggota kelompok mengatasi tujuan kelompok
Teknik manajemen
konflik
Teknik resolusi
konflik:
v Problem
solving : pertemuan face-to-face dengan para pihak yang bertikai dengan tujuan
mengidentifikasi masalah dan
memecahkannya melalui diskusi terbuka
v Subordinate
goals : membuat tujuan bersama yang tidak bisa dicapai tanpa kerjasama antar
pihak yang bertikai
v Expansion
of resources : saat konflik disebabkan oleh suatu kelangkaan ( uang, peluang
promosi) perluasan sumber daya dapat menciptakan win-win solution
v Avoidance
: menghindar dari suatu konflik
v Smoothing
: mengurangi perbedaan sementara menekankan kepentingan bersama para pihak yang
bertikai
v Compromising
: tiap-tiap pihak yang bertikai memberikan suatu value
v Authorative
command : manajemen menggunakan otoritas formalnya untuk menyelesaikan konflik
dan mengkomunikasikan keinginannya kepada para pihak yang terlibat
v Altering
the human variable : menggunakan teknik perubahan perilaku seperti pelatihan
hubungan antar manusia untuk mengubah sikap dan perilaku yang menyebabkan
konflik
v Altering
the structural variables : mengubah struktur formal organisasi dan pola
interaksi dari para pihak yang bertikai melalui job redesign, transfers,
membuat koordinasi posisi, dll.
Teknik stimulasi
konflik:
v Communication
: menggunakan pesan yang mengancam/ambigu untuk menambah tingkat konflik
v Bringing
in outsiders : menambahkan karyawan ke suatu kelompok yang latar belakang, nilai yang dianut, sikapnya
berbeda dari anggota yang ada
v Restructuring
the organization : menyelaraskan kelompok kerja, mengubah aturan dan regulasi,
meningkatkan saling ketergantungan dan membuat perubahan struktural mirip
dengan mengacaukan status quo
v Appointing
a devils advocate : merancang kritik untuk sengaja menentang posisi mayoritas
yang dipegang oleh kelompok
NEGOSIASI
Negosiasi
adalah sebuah proses di mana dua atau lebih pihak bertukar barang atau jasa dan
berusaha untuk menyepakati nilai tukar untuk mereka. BATNA yaitu Alternatif Terbaik Untuk Perjanjian Negosiasi;
nilai terendah yang dapat diterima (hasil) kepada individu untuk perjanjian
yang dinegosiasikan.
STRATEGI TAWAR MENAWAR
Ada
dua jenis strategi tawar menawar, yaitu :
Tawar
menawar distributif : negosiasi yang berusaha untuk membagi jumlah tetap sumber
daya; situasi menang-kalah.
Contoh
: ada seorang yang melihat iklan mobil bekas di Koran lalu orang itu tertarik
lalu menemui dengan seorang penjual mobil tersebut untuk melihat kondisi
mobilnya. Sang pemilik sudah menetapkan harga jualnya tetapi pembeli tidak
cocok dengan harga tersebut, sehinga mereka melakukan negosiasi harga supaya
menemukan harga yang cocok.
Daerah yang diinginkan penjual
|
TITIK TEMU
|
Daerah yang diinginkan pembeli
|
TITIK MAKSIMUM PEMBELI TITIK MAKSIMUM PENJUAL
Tawar
menawar integratif : negosiasi yang berusaha satu atau lebih pemukiman yang
dapat menciptakan win-win solution.
Contoh
: sebuah toko baju mengajukan peminjaman uang kepada Bank. Tetapi pihak Bank
tersebut kurang yakin dengan pemilik toko baju itu karena sering terlambat
dalam melakukan pembayaran. Namun pemilik toko baju memberikan jaminan kepada
pihak Bank, apabila pemilik toko baju tidak menepati janji pelunasan dalam
jangka waktu yang ditentukan maka jaminan tersebbut berhak menjadi milik Bank.
TAWAR MENAWAR
DISTRIBUTIF VS INTEGRATIF
Karakteristik
tawar menawar
|
Karakteristik
distributif
|
Karakteristik
integratif
|
Ketersediaan
sumber daya
|
Jumlah tetap
sumber daya dibagi
|
Jumlah
variabel sumber daya dibagi
|
Motivasi utama
|
Saya menang,
anda kalah
|
Saya menang,
anda menang
|
Kepentingan
utama
|
Bertentangan
satu sama lain
|
Convergent
atau kongruen satu sama lain
|
Fokus pada
hubungan
|
Jangka pendek
|
Jangka panjang
|
PROSES NEGOSIASI
- Persiapan dan perencanaan
Kita
harus mencari tahu hal apa yang membawa kita dalam memunculkan negosiasi. Siapa
saja yang terlibat dan apa peresepsi mereka, apa yang ingin kita dapatkan dari
negosiasi.
- Definisi aturan-aturan dasar
Kita
sudah merencanakan dan mengembangkan strategi maka kita siap untuk menjalankan
aturan-aturan dasar dan prosedur terkait dengan pihak-pihak dalam negosiasi.
Siapakah yang melakukan negosiasi? Dimana tempat negosiasi ini dilaksanakan?
Selama tahap ini berlangsung para pihak-pihak saling bertukar proposal atau
permintaan mereka.
- Klarifikasi dan pembenaran
Pihak
kita dengan pihak lain akan menjalaskan lebih jelas dan lebih dalam lagi
mengenai permintaan yang diajukan. Ini adalah kesempatan untuk saling
memberitahu satu dengan yang lain mengenai permasalahan-permasalahan yang
penting mengenai permintaan yang diajukan. Ini adalah titik dimana kita untuk
menyediakan apapun jenis dokumentasi yang bisa membantu dalam posisi kita
terhadap pihak lain.
- Tawar menawar dan pemecahan
masalah
Ini
adalah titik dimana pihak-pihak yang terkait saling memberi kelonggaran
terhadap sesama pihak negosiasi.
- Penutupan dan implementasi
Pihak
yang melakukan negosiasi sudah menyetujui
kesepakatan bersama dan mengembangkan prosedur sesuai perjanjian
tersebut melalui implementasi dan saling mengawasi.
MASALAH
NEGOSIASI
Peran
Sifat Kepribadian dalam Negosiasi
Sifat
tampaknya tidak memiliki efek signifikan langsung terhadap hasil baik
tawar-menawar atau proses negosiasi.
Perbedaan
jenis kelamin dalam negosiasi
-
Wanita bernegosiasi
tidak berbeda dari laki-laki, meskipun laki-laki tampaknya bernegosiasi hasil
sedikit lebih baik.
-
Pria dan wanita dengan
basis kekuasaan yang sama menggunakan gaya negosiasi yang sama.
-
Sikap perempuan
terhadap negosiasi dan keberhasilan mereka sebagai negosiator yang kurang
menguntungkan dibandingkan laki-laki.
Perbedaan
Budaya dalam Bernegosiasi
-
Mempengaruhi jumlah dan
tipe-tipe dari persiapan untuk tawar-menawar
-
Mempengaruhi hubungan dalam
kerja dengan hubungan secara interpersonal
-
Mempengaruhi Taktik yang
digunakan
-
Mempengaruhi dimana
negosiasi dilakukan
Contoh :
-
Orang Italia, Jerman
dan Perancis tidak akan memberikan pujian kepada atasannya sebelum mereka
mengkritik berkebalikan dengan orang Eropa dan Amerika, yang berfikir tindakan
tersebut bisa digunakan untuk memanipulasi.
-
Orang Israel melakukan
meeting secara cepat, tidak memiliki kesabaran dalam pembicaraan basa basi
seperti yang sering dilakukan orang Amerika.
3. Klarifikasi
dan pembenaran
Dalam tahap ini masing-masing pihak mengutarakan apa yang diinginkan. Kita bisa
memberikan dokumentasi yang diperlukan untuk mendukung posisi kita.
4. Tawar menawar
dan pemecahan masalah
Pencarian solusi dilakukan dalam tahap ini. Kedua belah pihak diharapkan saling
fokus pada masalah dan kepentingan bukan pada orang atau posisi. Pandangan
kedepan diperlukan untuk mempercepat menemukan titik temu. Mengungkit-ungkit
masa lalu akan memperlambat proses penyelesaian masalah. Ide yang menarik dan
bervariasi bisa muncul dalam rangka menyelesaikan masalah. Hal
ini di mana konsesi niscaya perlu dibuat oleh
kedua belah pihak.
5.
Penutupan dan implementasi
Ini
adalah tahap terakhir dari negosiasi yaitu memformalkan perjanjia yang telah bekerja dan mengembangkan prosedur yang diperlukan untuk
implementasi dan monitoring. Untuk
kebanyakan kasus, penutupan proses negosiasi tidak lebih formal daripada jabat
tangan. Hal-hal yang harus dipastikan adalah:
• Dokumen yang
sudah disepakati
• Meneliti kembali pon-poin utama untuk menghindari salah pengertian
• Uraikan dengan jelas semua ketetapan dari persetujuan
• Buatlah secara tertulis
• Kedua pihak harus membaca dan menandatangani untuk memperoleh kesepakatan atas apa yang dirundingkan
• Meneliti kembali pon-poin utama untuk menghindari salah pengertian
• Uraikan dengan jelas semua ketetapan dari persetujuan
• Buatlah secara tertulis
• Kedua pihak harus membaca dan menandatangani untuk memperoleh kesepakatan atas apa yang dirundingkan
Issues in negotiations
Kita dapat menyimpulkan diskusi kita bahwa negosiasi dengan meninjau
empat isu-isu kontemporer dalam negosiasi yaitu: peran ciri kepribadian dalam
negosiasi, perbedaan gender dalam negosiasi, pengaruh perbedaan budaya pada
gaya negosiasi dan penggunaan pihak ketiga untuk membantu menyelesaikan
perbedaan.
1. Peran sifat kepribadian dalam negosiasi
Hasil penilaian terhadap hubungan
kepribadian-negosiasi menunjukan bahwa sifat-sifat kepribadian tidak memiliki
pengaruh langsung yang signifikan terhadap proses tawar-menawar ataupun hasil
negosiasi. Kesimpulan ini penting. ini
menunjukkan bahwa anda harus
berkonsentrasi pada isu-isu dan faktor-faktor situasional di setiap episode tawar-menawar dan bukan kepribadian lawan
anda.
2. Perbedaan jenis kelamin / gender dalam
negosiasi
Streotip
popular yang dianut banyak orang mengatakan bahwa kaum perempuan lebih
kooperatif dan menyenangkan dalam negosiasi daripada kaum laki-laki. Namun,
laki-laki ditemukan mampu menegosiasikan hasil yang lebih baik ketimbang
perempuan, meskipun perbedaanya relative kecil. Diasumsikan bahwa perbedaan ini
kiranya dikarenakan laki-laki dan perempuan menempatkan nilai yang berbeda pada
hasil negosiasi.
Penelitian
menunjukan bahwa para manajer yang tidak memiliki kekuasaan tidak banyak, tanpa
memandang jenis kelamin, cenderung berusaha menyenangkan lawan mereka dan
menggunakan teknik persuasive yang lembut ketimbang konfrontasi langsung dan
ancaman. Dalam situasi dimana laki-laki dan perempuan memiliki kekuasaan yang
sama, rasanya tidak signifikan perbedaan gaya negosiasi. Namun jika stereotip
popular (perempuan = menyenangkan, laki-laki = alot) diaktifkan lagi yang
terjadi adalah terpenuhinya ramalan tersebut, yang semakin memperkuat perbedaan
gender yang bersifat stereotip.
Manajer
perempuan memperlihatkan rasa kurang percaya diri dalam mengantisipasi
negosiasi dan lebih tidak puas dengan kinerja mereka setelah proses perundingan
selesai, bahkan ketika hasil yang dicapai = hasil yang dicapai laki-laki.
Kesimpulannya menunjukan bahwa perempuan bias terlalu menghukum diri sendiri
karena tidak bias ikut dalam negosiasi padahal ini merupakan kepentingan
terbesar mereka.
3. Pengaruh perbedaan budaya pada gaya negosiasi
Gaya bernegosiasi beragam antara satu kultur dengan
kultur lainnya. Konteks kultur dalam negosiasi secara signifikan mempengaruhi
jumlah dan jenis persiapan untuk tawar-menawar, penekanan relative pada tugas
disbanding hubungan antarpersonal, dan bahkan dimana negosiasi akan
dilaksanakan.
Negosiasi cross-culture biasanya hanya
terjadi dalam negosiasi internasional karena perbedaan budaya seringkali
terdapat di antara negara-negara yang berbeda. Perbedaan budaya ini bahkan
mungkin terjadi di dalam suatu negara di antara komunitas-komunitasnya meski
seringnya terdapat dalam negosiasi internasional. Negosiasi antarnegara harus memperhatikan aspek budaya ini demi
kelancaran proses negosiasi.
Negosiasi internasional berbeda dengan negosiasi
pada umumnya karena terdapat perbedaan kebudayaan antarpihak yang terlibat. Dua
konteks penting yang diungkapkan oleh Phatak dan Habit adalah environmental
context dan immediate context. Konteks lingkungan berisikan
tekanan-tekanan lingkungan seperti pluralitas politik, fluktuasi mata uang, dan
kontrol pemerintah dan birokrasi yang dikontrol dalam negosiasi. Immediate
context merupakan faktor-faktor dinamis seperti keinginan negosiator yang
selalu berbeda, tingkat konflik yang mungkin terjadi, dan relasi
antarnegosiator yang harus dikontrol untuk meminimalisasi hambatan dan konflik
dalam negosiasi.
4. Penggunaan pihak ketiga untuk membantu menyelesaikan perbedaan
Dalam melakukan proses negosiasi terkadang individu
atau perwakilan kelompok mencapai kebuntuan dan tidak mampu menyelesaikan
perbedaan-perbedaan di antara mereka melalui negosiasi langsung. Dalam kasus
ini, mereka dapat berpaling ke pihak ketiga untuk membantu mencari solusi. Ada 4
peran pokok pihak ketiga :
a) Mediator
Pihak ketiga bersikap netral yang memfasilitasi negosiasi solusi dengan
menggunakan penalaran dan persuasi, menyodorkan alternative dan semacamnya. Para
mediator ini memfasilitasi penyelesaian masalah dengan mempengaruhi bagaimana
pihak-pihak yang terlibat dalam negosiasi berinteraksi. Para mediator tidak
memiliki otoritas yang mengikat, pihak-pihak yang terlibat bebas mengacuhkan
usaha mediasi ataupun rekomendasi yang dibuat oleh pihak ketiga
b)
Arbitrator
Pihak
ketiga memiliki wewenang untuk menentukan kesepakatan. Bisa bersifat sukarela
maupun paksaan (berdasarkan kontrak atau undang-undang yang berlaku). Wewenang
arbitrator beragam sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh para perunding.
Kelebihan
arbitrasi daripada mediasi adalah bahwa arbitrasi selalu menghasilkan
penyelesaian entah win-win solution maupun kemenangan di salah satu pihak yang
berunding. Namun dapat menimbulkan konflik dikemudian hari.
c)
Konsilitator
Pihak
ketiga dipercaya membangun relasi komunikasi informal antara perunding dengan
lawannya. Dalam prakteknya, konsiliator tidak hanya sebagai saluran komunikasi
namun juga terlibat dalam pencarian fakta, penafsiran pesan, membujuk
pihak-pihak yang bersengketa untuk membangun kesepakatan. Seorang
konsiliator tidak memiliki kekuasaan formal untuk mempengaruhi hasil akhir
negosiasi seperti seorang mediator.
d)
Konsultan
Pihak
ketiga yang terlatih dan tak berpihak yang berupaya memfasilitasi pemecahan
masalah melalui komunikasi dan analisis dengn dibantu oleh pengetahuan mereka
mengenai menajemen konflik. Peran konsultan memperbaiki hubungan antara
pihak-pihak yang berkonflik sehingga dapat mencapai penyelesaian sendiri.
Pendekatan ini membutuhkan jangka waktu yang panjang karena membangun persepsi
dan sikap yang baru dan positif antara pihak-pihak bersengketa.
Konflik
dan kinerja unit
Tabel diatas
menunjukkan level dari konflik bisa terlalu tinggi atau terlalu rendah. Tingkat optimal adalah
salah satu di mana ada cukup
konflik untuk mencegah stagnasi, merangsang kreativitas, memungkinkan ketegangan yang akan dirilis, dan memulai benih untuk perubahan, namun
tidak begitu banyak seperti untuk
mengganggu atau menghalangi
koordinasi kegiatan.
Tingkat
memadai atau berlebihan konflik dapat
menghambat efektivitas kelompok atau
organisasi, sehingga mengurangi kepuasan anggota kelompok, peningkatan absensi dan tingkat turnover dan prodctivity
akhirnya lebih rendah. Di sisi lain, ketika konflik
pada tingkat optimal, puas dan apatis harus
diminimalkan, motivasi harus
ditingkatkan melalui penciptaan lingkungan menantang dan mempertanyakan dengan vitalitas
yang membuat pekerjaan yang menarik,
dan harus ada jumlah omset yang dibutuhkan untuk
membersihkan organisasi menyesuaikan
diri dan yang berkinerja kurang. Jangan berasumsi ada satu penanganan
konflik niat yang akan selalu
menjadi yang terbaik. Anda harus memilih
niat sesuai dengan situasi. Berikut ini menyediakan beberapa panduan.
1. Kompetisi
Bila cepat, tindakan tegas sangat penting (dalam keadaan darurat) dilakukan pada
isu-isu penting. Dimana tindakan tidak populer perlu diterapkan (dalam
pemotongan biaya, menegakkan aturan tidak populer, disiplin). Pada isu-isu
penting untuk kesejahteraan organisasi. Bila Anda tahu Anda benar. Terhadap
orang-orang yang mengambil keuntungan dari perilaku nonkompetitif. Pada panduan
ini memastikan bahwa kita
memenangkan konflik dan pihak lain kalah. Biasanya kita menggunakan kekuasaan
atau pengaruh kita untuk memastikan bahwa dalam konflik tersebut kita yang
keluar sebagai pemenangnya. Biasanya pihak yang kalah akan lebih mempersiapkan
diri dalam pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah suatu suasana persaingan
atau kompetisi di antara kedua pihak.
Gaya penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi pihak
yang merasa terpaksa harus berada dalam posisi kalah, sehingga sebaiknya hanya
digunakan dalam keadaan terpaksa yang membutuhkan penyelesaian yang cepat dan
tegas.
2. Kolaborasi
Untuk menemukan solusi integratif ketika kedua set kekhawatiran yang terlalu
penting untuk dikompromikan. Bila tujuan Anda adalah untuk belajar. Untuk
menggabungkan wawasan dari orang-orang dengan perspektif yang berbeda. Untuk
mendapatkan komitmen dengan memasukkan kekhawatiran menjadi konsensus. Untuk
bekerja melalui perasaan yang mengganggu hubungan.
Tujuan kita adalah mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian
melalui konsensus atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang
bertikai. Proses ini biasanya yang paling lama memakan waktu karena harus dapat
mengakomodasi kedua kepentingan yang biasanya berada di kedua ujung ekstrim
satu sama lainnya.
Proses ini memerlukan komitmen yang besar dari kedua pihak untuk
menyelesaikannya dan dapat menumbuhkan hubungan jangka panjang yang kokoh .
Secara sederhana proses ini dapat dijelaskan bahwa masing-masing pihak memahami
dengan sepenuhnya keinginan atau tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan
penuh komitmen untuk mencari titik temu kedua kepentingan tersebut.
3.
Avoidance/penghindaran
Ketika masalah sepele, atau yang lebih penting masalah mendesak. Ketika Anda
melihat ada kesempatan untuk memuaskan keprihatinan Anda. Ketika potensi
gangguan melebihi manfaat dari resolusi. Untuk membiarkan orang menenangkan
diri dan mendapatkan kembali perspektif. Ketika mengumpulkan informasi
menggantikan keputusan segera. Ketika orang lain bisa menyelesaikan konflik
secara efektif. Ketika isu tampaknya tangensial atau gejala dari masalah lain.
4. Akomodasi
Bila anda menemukan anda salah dan untuk memungkinkan posisi yang lebih baik
untuk didengar. Untuk belajar, dan untuk menunjukkan kewajaran Anda. Ketika
isu-isu yang lebih penting untuk orang lain daripada diri sendiri dan orang
lain untuk memuaskan dan mempertahankan kerja sama. Untuk membangun kredit
sosial untuk masalah kemudian. Untuk meminimalkan kerugian ketika kalah dan
kehilangan. Ketika harmoni dan stabilitas sangat penting. Untuk memungkinkan
karyawan untuk mengembangkan dengan belajar dari kesalahan.
Gaya ini kita gunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah yang lebih
besar. Gaya ini juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat
dari konflik tersebut atau menciptakan perdamaian yang kita inginkan.
5. Kompromi
Ketika tujuan penting namun tidak sebanding dengan usaha gangguan potensi
pendekatan yang lebih tegas. Ketika lawan dengan kekuatan yang sama berkomitmen
untuk tujuan yang saling eksklusif. Untuk mencapai permukiman sementara untuk
masalah yang kompleks. Untuk sampai pada solusi yang bijaksana di bawah tekanan
waktu. Sebagai cadangan bila kolaborasi atau persaingan tidak berhasil.
No comments:
Post a Comment