Sunday, March 30, 2014

Chapter 7 & 8 : Motivation Concepts

Hai bloggers, kali ini kita akan membahas tentang motivasi. Apa sih motivasi itu? Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha individu dalam mencapai tujuannya. Ada 3 kata kunci untuk menjelaskan makna motivasi:
1.Intensity       : menjelaskan mengenai seberapa keras seseorang berusaha
2.Direction      : menjelaskan mengenai tujuan perusahaan yang didorong oleh kerja keras         orang tersebut
3.Persistence   : menjelaskan bahwa orang yang termotivasi akan lebih lama tinggal dalam suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan mereka.

Selain motivasi, manusia memerlukan beberapa kebutuhan lain dalam hidupnya yang di ungkapkan oleh Abraham Maslow, CEKIDOT!

1.Physiological            : mencakup rasa lapar,haus & kebutuhan psikologi lainnya
2.Safety                       : kebutuhan akan keamanan & perlindungan dari bahaya fisik & mental
3.Social                       : kasih sayang,rasa memiliki,penerimaan & persahabatan
4.Esteem                     : a.Internal    : harga diri,otonomi & prestasi
                                       b.Eksternal : status,pengakuan & perhatian
5.Self-Actualization    : tentang apa yang kita mampu lakukan (bertumbuh, mencapai potensi      kita & pemenuhan diri)

Maslow kemudian membagi teori-teori tersebut menjadi :
1.Higher-Order Needs            : dapat dipenuhi secara manual (social,esteem & self-actualization)
2.Lower-Order Needs : dapat dipenuhi melalui hal-hal tertentu (jabatan,membayar pajak,kontrak kerja) (physiological & safety)

kemudian ada anggapan lain, yaitu teori X dan Y :
Theory X : manager percaya bahwa karyawan tidak menyukai pekerjaan & karena itu mereka harus di arahkan atau bahkan di paksa untuk melakukannya

Theory Y : manager menganggap bahwa karyawan dapat melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang alami seperti beristirahat atau bermain dan oleh karena itu mereka dapat belajar untuk menerima bahkan mencari tanggung jawab dari pekerjaan tersebut

Menurut Frederick Herzberg motivasi disebut hygiene theory, yaitu percaya bahwa hubungan individu bekerja adalah hubungan dasar dan sikapnya sangat menentukan keberhasilan ataupun kegagalan dari pekerjaan. (kepuasan/ketidakpuasan)

Jika dilihat dari pandangan McCelland’s , teori kebutuhan manusia dibagi jadi 3:
1.Need for Achievment (nAch) : dorongan untuk lebih unggul,mencapai hubungan kerja yang            baik,berusaha untuk berhasil
2.Need for Power (nPow)          : kebutuhan untuk membuat seseorang berperilaku secara selayaknya/sesuai keinginannya
3.Need for Affiliation (nAff)  : keinginan untuk membangun hubungan antar pribadi dengan orang lain

Lalu kita bahas mengenai  teori self-determination, self-determination menjelaskan bahwa seseorang akan lebih memilih untuk merasa bahwa mereka memiliki kendali atas tindakan mereka karena merupakan kewajiban. Ada juga yang disebut teori goal setting yang berarti tujuan spesifik & kompleks ditambah dengan umpan balik akan menghasilkan kinerja baik. Kemudian teori self – efficacy, yang berarti kepercayaan individu bahwa dia mampu melakukan pekerjaan yang dia lakukan.
Seorang peneliti bernama Albert Bandura menyatakan bahwa ada 4 cara agar self - efficacy dapat berkembang :
1.Enactive Mastery : kepercayaan diri bahwa ia mampu mengerjakan suatu pekerjaan tertentu disebabkan adanya pengalaman akan keberhasilan pekerjaan di masa lalu
2.Vicarious Modeling : merasa bahwa dirinya mampu mengerjakan pekerjaan tersebut karena telah melihat orang lain mampu mengerjakan pekerjaan tersebut
3.Verbal Persuassion : timbulnya rasa percaya diri disebabkan oleh perkataan seseorang yang mengatakan bahwa dirinya mampu mengerjakan pekerjaan tersebut
4.Arousal : keinginan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut

Yang keempat adalah teori reinforcement, yang menyatakan bahwa perilaku manusia adalah hasil dari pengalaman masa lalunya. Lalu teori equity/organizational justice yaitu teori yang mengatakan bahwa individu membandingkan input dengan outcome pekerjaan mereka, kemudian dibandingkan dengan orang lain.
Ada empat perbandingan rujukan dalam pemilihan untuk kompleksitas Equity Theory :
1.Self-inside : pengalaman seorang karyawan dalam posisi yang berbeda dalam organisasinya saat ini
2.Self-outside : pengalaman seorang karyawan diluar organisasinya saat ini
3.Other-inside : individu lain atau kelompok individu dalam organisasi karyawan
4.Other-outside : individu lain atau kelompok individu diluar organisasi karyawan

Ada pula dampak pada karyawan yang merasakan ketidakadilan, diantaranya:
 1.Mengubah input (mengerahkan usaha kurang jika bayarannya kurang,lebih jika bayarannya lebih)
2.Mengubah outcome (pekerja meminta bayaran lebih dengan memproduksi barang dengan jumlah besar namun kualitas yang rendah)
3.Memutarbalikkan persepsi diri sendiri
4.Memutarbalikkan persepsi orang lain
5.Memilih referensi yang berbeda
6.Meninggalkan pekerjaan

Kita lihat Model of Organizational Justice, diantaranya:
1.Distributive Justice : keadilan yang dirasakan dari hasil
2.Procedural Justice : keadilan yang dirasakan dari proses yang digunakan untuk menentukan hasil
3.Interactional Justice : di mana seseorang akan diperlakukan secara bermartabat & hormat

Dan yang terakhir ada teori expectancy, yang berarti kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan akan diikuti oleh hasil yang diharapkan.

Teori ini terfokuskan pada 3 hubungan,yaitu
1.Effort-performance relationship : probabilitas yang dirasakan oleh individu yang mengerahkan sejumlah usaha yang akan mengakibatkan kinerja meningkat
2.Performance-reward relationship : sejauh mana individu percaya bahwa melakukan kinerja pada level tertentu akan menyebabkan pencapaian hasil yang diinginkan
3.Reward-personal goals relationship : sejauh mana penghargaan organisasi memuaskan tujuan pribadi seseorang

NAH, itu tadi yang kita bahas hari ini, see yahh di topik-topik lainnya bloggers J

Sunday, March 23, 2014

Chapter 4: Emotions and Moods

Personality and emotions 

KEPRIBADIAN : keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain.

PENENTU KEPRIBADIAN :
v KETURUNAN
v LINGKUNGAN
v SITUASI

The Big 5 Model of Personality Dimension : 

Extraversion dan introversion
Ø  Dimensi extraversion :  nyaman berhubungan dengan orang lain, suka berteman, tegas,  dan mudah bersosialisasi
Ø  Dimensi Introvert       : cenderung pendiam, pemalu, dan tenang


Agreeableness adalah kecenderungan individu untuk tunduk kepada orang lain. Orang yang sangat kooperatif, bisa dipercaya.Orang-orang yang mendapat skor rendah pada agreeableness dingin, tidak menyenangkan, dan antagonis.


Conscientiousness adalah ukuran dari kehandalan. Seseorang yang sangat teliti bertanggung jawab, terorganisir, diandalkan, dan gigih. Mereka yang mendapat skor rendah pada dimensi ini adalah mudah terganggu, tidak teratur, dan tidak dapat diandalkan.


Neuroticism adalah  kemampuan seseorang untuk menahan stres.Orang dengan kestabilan emosi positif cenderung tenang, percaya diri, dan aman.Mereka yang memiliki nilai negatif yang tinggi cenderung menjadi gugup, cemas, tertekan, dan tidak aman.

Openness to experience: Dimensi openness to experience menunjukkan daya tarik dengan hal yang baru. Orang yang sangat terbuka kreatif, ingin tahu, dan sensitif. Mereka yang mendapat nilai rendah cenderung konvensional


Machiavellianism :

Machiavellianism didefinisikan sebagai sebuah proses di mana seseorang yang memanipulasi memperoleh semacam penghargaan yang lebih daripada apa yang seharusnya dia peroleh jika tanpa melakukan manipulasi, sedangkan seseorang yang lain mendapatkan penghargaan yang lebih sedikit.

•Machiavellianism juga di definisikan sebagai suatu cara yang memanfaatkan orang lain untuk maju ke depan. Dalam hal ini, Machiavellianism merupakan suatu sifat kepribadian yang melibatkan keinginan untuk memanipulasi orang lain untuk kepentingan seseorang.

Contoh Machiavellianism : Melakukan kecurangan pada saat ujian

Self Esteem dan Self Monitoring :

Penghargaan diri (Self Esteem)
Self Esteem adalah  suka tidak suka seorang individu terhadap diri mereka sendiri. Penghargaan diri menawarkan beberapa wawasan yang menarik kedalam perilaku organisasi yaitu Self Esteem diberikan secara langsung.

Contoh : bangga dengan karya sendiri yang diciptakan 

Pemantauan diri (Self Monitoring)
Self monitoring : yang mengukur kemampuan individu untuk menyesuaikan perilaku dengan situasi

Contoh : Apabila kita pergi ke gereja, kita haruslah menciptakan suasana hening di dalam gereja tersebut untuk menghormati sesama pengunjung gereja tersebut.



Risk Tasking 
Pengambilan resiko adalah suatu kepribadian yang mengukur dampak berapa lama manajer perlu waktu dalam mengambil keputusan dan beberapa informasi yang mereka perlukan sebelum mengambil keputusan.

Contoh : Seorang pengusaha harus siap menjalani resiko apapun yang akan dihadapi dalam menjalankan usahanya.


Achieving Person-Job Fit :
•Holland mengidentifikasi enam tipe karakteristik jenis pekerjaan yang disukai dan cocok :
1.Tipe realistik : Lebih menyukai kegiatan fisik yang menuntut ketrampilan dan koordinasi
2.Tipe Menyelidik : menyukai pekerjaan yang melibatkan pemikiran,organisasi dan pemahaman.
3.Tipe Sosial : menyukai kegiatan yang melibatkan bantuan dan pengembangan.
4.Tipe Konvensional : menyukai peraturan dan tata tertib
5.Tipe Pengusaha : menyukai kegiatan yang verbal, dimana ada kesempatan untuk memengaruhi orang lain
6.Tipe Artistik : menyukai hal hal yang bersifat seni dan abstrak

Personality and Types : 
Kepribadian Proaktif : orang yang mengidentifikasi peluang, menunjukkan inisiatif, mengambil tindakan, dan bertahan sampai terjadi perubahan.

Emotions :
        Emosi adalah reaksi terhadap suatu objek, bukan suatu sifat. Sedangkan suasana hati tidak dikaitkan dengan suatu objek.Emosi dapat berubah menjadi suasana hati bila kita kehilangan fokus pada objek yang kontekstual.

Emotional labor adalah ekspresi seorang karyawan dari emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional selama transaksi antar personal ditempat kerja.

Dimensi Emosi :  
Varietas : Riset mengidentifikasikan enam emosi yang universal, yaitu                                                                             kemarahan,ketakutan, kesedihan, kegembiraan, kejijikan, dan kejutan.
Intensitas : Ekspresi yang berbeda dari intensitas emosi yang sama bisa disebabkan                      dari kepribadian ataupun tuntutan ditempat kerja. Ada orang yang terkendali, tidak                                pernah memperlihatkan rasa marah, namun ada pula yang sebaliknya.
Frekuensi dan durasi : Frekuensi dan durasi yang diperlukan untuk tenaga kerja                                         emosional juga harus disesuaikan dengan kemampuan                                                                                 frekuensi dan durasi yang dimiliki karyawan.
OB Applications of Understanding Emotions : 
Ability and Selection
–Emosi mempengaruhi efektivitas karyawan.

Decision Making
–Emosi adalah bagian penting dari proses pengambilan keputusan dalam organisasi.

•Motivation
–Komitmen emosional untuk bekerja dan motivasi yang tinggi sangat terkait.
Contoh : jika seseorang ingin mencapai hal yang diinginkan, seseorang tersebut pasti memiliki motivasi tinggi untuk mencapainya

•Leadership 
–Emosi adalah penting untuk penerimaan pesan dari pemimpin organisasi.
Contoh : Seorang Atasan Mampu mengarahkan bawahan agar kinerjanya menghasilkan kinerja yang bagus.

•Interpersonal Conflict
–Konflik ditempat kerja dan emosi individu sangat terjalin.

•Customer Services
          –Emosi mempengaruhi kualitas pelayanan yang disampaikan kepada pelanggan yang, pada gilirannya, mempengaruhi hubungan dengan pelanggan.
 •Deviant Workplace Behaviors
 –Emosi negative menyebabkan penyimpangan karyawan (tindakan yang  melanggar norma-            norma dan mengancam organisasi).

•Produktivitas kegagalan
•Pencurian properti Dan kehancuran
•Tindakan Politik

•Agresi PribadiEmotions and Moods

Chapter 5 & 6: Perception and Individual Decision Making

1.    Definisi Persepsi
Persepsi  adalah suatu proses dimana seseorang melakukan pemilihan, penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian atas informasi yang diterimanya dari lingkungan. Jadi persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya.
Menurut Stephen P. Robbins, persepsi (perception) adalah proses di mana indvidu mengatur dan mengintepretasikan kesan- kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. riset tentang persepsi secara konsisten menunjukkan bahwa indovidu yang berbeda dapat melihat hal yang sama tetapi memahaminya secara berbeda. Kenyataannya adalah bahwa tak seorang pun dari kita melihat realitas. Yang kita lakukan adalah mengintepretasikan apa yang kita lihat dan menyebutnya sebagai realitas.
2.    Faktor yang mempengaruhi Persepsi
·         Pelaku persepsi (Characteristics of the Perceiver)
Pelaku persepsi adalah penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. Contoh-contoh seperti seorang tukang rias akan lebih memperhatikan kesempurnaan riasan orang daripada seorang tukang masak, seorang yang disibukkan dengan masalah pribadi akan sulit mencurahkan perhatian untuk orang lain. Kita dipengaruhi oleh kepentingan/minat kita. Sama halnya dengan ketertarikan kita untuk memperhatikan hal-hal baru, dan persepsi kita mengenai orang-orang tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.
·         Target (Characteristics of the perceived)
Target adalah gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama pula. Contohnya adalah kecelakaan dua kali dalam arena ice skating dalam seminggu dapat membuat kita mempersepsikan ice skating sebagai olah raga yang berbahaya. Contoh lainnya adalah suku atau jenis kelamin yang sama, cenderung dipersepsikan memiliki karakteristik yang sama atau serupa.
·         Situasi ( Situation Context)
Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.
Tiap orang mempunyai persepsi sendiri-sendiri karena dipengaruhi oleh perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimulasi dan perbedaan kemampuan dalam menafsirkan atau memberi arti pada stimulasi tersebut. Indera merupakan filter masuknya stimulasi dalam kognisinya, dan kemudian orang memberi perhatian terhadap stimulasi itu untuk diberi arti. Namun perhatian seseorang tidak dapat menyeluruh, melainkan hanya pada aspek tertentu saja yaitu yang dianggap penting bagi dirinya.

TEORI ATRIBUSI
Pada dasarnya mengungkapkan bahwa bila individu mengamati perilaku, mereka mencoba menentukan apakah itu disebabkan faktor internal atau eksternal. Misalnya saja persepsi kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh penyebab-penyebab internal karena sebagai manusia mereka mempunyai keyakinan, maksud, dan motif-motif di dalam dirinya. Namun persepsi kita terhadap benda mati seperti gedung, api, air akan berbeda karena mereka adalah benda mati yang memiliki hukum alamnya sendiri (eksternal). Penentuan apakah perilaku itu merupakan penyebab eksternal atau internal bergantung pada tiga faktor :
· Kekhususan : apakah seorang individu memperlihatkan perilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan.
· Konsensus : yaitu jika setiap orang yang menghadapi situasi serupa bereaksi dengan cara yang sama.
· Konsistensi : apakah seseorang memberikan reaksi yang sama dari waktu ke waktu.

Salah satu penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada kekeliruan atau prasangka (bias, sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau memutar balik atribusi. Bukti mengemukakan bahwa kita cenderung meremehkan pengaruh faktor dari luar dan melebih-lebihkan pengaruh faktor internal. Misalnya saja, penurunan penjualan seorang salesman akan lebih dinilai sebagai akibat dari kemalasannya daripada akibat kalah saing dari produk pesaing.
Jalan Pintas yang Sering Digunakan Dalam Menilai Orang Lain
1.       Persepsi Selektif: Orang- orang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman, dan sikap. Contohnya, kita lebih cenderung melihat motor yang mirip motor kita sendiri. Hal ini menunjukkan bagaimana kepentingan pribadi cukup memperngaruhi masalah- masalah yang kita lihat.
2.       Efek Halo: Menarik suatu kesan umum mengenai seseorang individu berdasarkan suatu karakteristik tunggal. Gejala ini sering terjadi ketika mahasiswa menilai dosen mereka di ruang kuliah. Jadi dosen akan dinilai pendiam, banyak pengetahuan, populer, tetapi gayanya kurang bersemangat, ia akan dinilai lebih rendah mengenai karakteristik yang lain. Subyek membiarkan suatu ciri tunggal mempengaruhi seluruh kesan mereka dari orang- orang yang sedang dinilai.
3.       Efek-efek kontras: Evaluasi tentang karakteristik-karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan-perbandingan dengan orang lain yang baru ditemui, yang mendapat nilai lebih tinggi atau lebih rendah untuk karakteristik-karakteristik yang sama. Contohnya, anda akan terlihat buruk apabila beradu acting dengan anak- anak. Hal ini dikarenakan penonton sangat mencintai anak- anak. Efek ini dapat memutar balikkan persepsi. Reaksi kita terhadap satu orang sering dipengaruhi oleh orang lain yang baru saja kita jumpai.
4.       Proyeksi: Menghubungkan karakateristik-karakteristik diri sendiri dengan individu lain. mudah untuk menilai orang lain jika kita mengasumsikan mereka serupa dengan kita. Kecenderungan untuk menghubungkan karakteristik sendiri kepada orang lain dapat memutar balikkan persepsi yang dibuat mengenai orang lain.
5.       Stereotip: menilai seseorang berdasarkan persepsi tentang kelompok di mana ia tergabung. Contohnya, seorang pengusaha yang sedang mencari seorang manajer. Anda akan mencari manager yang suka bekerja keras dan dapat mengatasi masalah dengan baik.

Penerapan Persepsi dalam Organisasi
Persepsi memiliki banyak konsekuensi bagi organisasi. Didalamnya orang-orang selalu saling menilai. Berikut ini adalah beberapa penerapannya yang lebih jelas :
· Wawancara karyawan
Bukti menunjukkan bahwa wawancara sering membuat penilaian perseptual yang tidak akurat. Pewawancara yang berlainan akan melihat hal-hal yang berlainan dalam diri seorang calon yang sama. Jika wawancara merupakan suatu masukan yang penting dalam keputusan mempekerjakan, perusahaan harus mengenali bahwa faktor-faktor perseptual mempengaruhi siapa yang dipekerjakan dan akhirnya mempengaruhi kualitas dari angkatan kerja suatu organisasi.
· Pengharapan kinerja
Bukti menunjukkan bahwa orang akan berupaya untuk mensahihkan persepsi mereka mengenai realitas, bahkan jika persepsi tersebut keliru. Pengharapan kita mengenai seseorang/sekelompok orang akan menentukan perilaku kita.. Misalnay manager memperkirakan orang akan berkinerja minimal, mereka akan cenderung berperilaku demikian untuk memenuhi ekspektasi rendah ini.
· Evaluasi kinerja
Penilaian kinerja seorang karyawan sangat bergantung pada  proses perseptual. Walaupun penilaian ini bisa objektif, namun banyak yang dievaluasi secara subjektif. Ukuran subjektif adalah berdasarkan pertimbangan, yaitu penilai membentuk suatu kesan umum mengenai karyawan. Semua persepsi dari penilai akan mempengaruhi hasil penilaian tersebut.
· Upaya karyawan
Dalam banyak organisasi, tingkat upaya seorang karyawan dinilai sangat penting, jadi bukan hanya kinerja saja. Namun penilaian terhadap upaya ini sering merupakan suatu pertimbangan subjektif yang rawan terhadap distorsi-distorsi dan prasangka (bias) perseptual.
· Kesetiaan karyawan
Pertimbangan lain yang sering dilakukan manager terhadap karyawan adalah apakah karyawan tersebut setia atau tidak kepada organisasi. Sayangnya, banyak dari penilaian kesetiaan tersebut bersifat pertimbangan. Misalnya saja individu yang melaporkan tindakan tak etis dari atasan dapat dilihat sebagai bertindak demi kesetiaan kepada organisasi ataupun sebagai pengacau.
· Pembentukkan Profil
Pembentukkan stereotip dimana satu kelompok individu dipilih biasanya berdasarkan ras atau etnis untuk penyelidikan intensif, inspeksi ketat atau investigasi
Hubungan antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual
Pengambilan kuputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu dalam organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagiah besar dipengaruhi oleh persepsi mereka.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui satu pemilihan alternatif dari berbagai alternatif. Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari berbagai alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah.
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambil keputusan yang optimal adalah rasional. Artinya dia membuat pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam batas-batas tertentu. Pilihan dibuat mengikuti pengambilan keputusan rasional. Langkah- langkah dalam pengambila keputusan rasional tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Mendefinisikan masalah
2.      Identifikasikan kriteria keputusan
3.      Alokasikan bobot pada kriteria
4.      Mengembangkan Alternatif
5.      Evaluasi alternatif
6.      Pilihlah alternatif terbaik
Model pengambilan keputusan rasional yang baru saja digambarkan mengandung sejumlah asumsi sebagai berikut :
1.          Kejelasan masalah
2.          Pilihan-pilihan diketahui
3.          Pilihan yang jelas
4.          Pilihan yang konstan
5.          Tidak ada batasan waktu atau biaya
6.          Pelunasan maksimum
PRAKTEK PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI
1.      Rasionalitas Terbatas
Yaitu para individu mengambil keputusan dengan merancang bangun model-model yang disederhanakan yang menyuling ciri-ciri hakiki dari masalah tanpa menangkap semua kerumitannya. Aspek yang menarik dari rasionalitas terbatas ini adalah bahwa urutan di mana alternatif-alternatif dipertimbangkan bersifat kritis dalam menentukan alternatif mana yang dipilih.
2.      Intuisi
Pengambilan keputusan intuitif seperti yang digunakan oleh Joe Garcia baru-baru ini muncul dan disegani. Ada sejumlah cara untuk mengkonseptualkan  intuisi. Pengambilan keputusan secara intuitif sebagai suatu proses tak sadar yang dicipakan dari dalam pengalaman yang tersaring. Kemungkinan terbesar untuk orang menggunakan keputusan intuitif adalah dalam kondisi- kondisi berikut:
*      Bila ada ketidakpastian dalam tingkat yang tinggi
*      Bila hanya sedikit dampak- dampak yang akan diikuti
*      Bila variabel- variabel kurang dapat diamati secara ilmiah
*      Bila fakta terbatas
*      Bila tidak jelas mana langkah berikutnya yang harus diikuti
*      Bila data analitik kurang berguna
*      Bila banyak penyelesaian alternatif yang masuk akal untuk dipilih dengan argumen yang masuk akal
*      Bila waktu pengambilan keputusan terbatas dan ada tekanan untuk segera diambil keputusan yang tepat

3.      Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang tampak cenderung memiliki probabilitas terpilih yang lebih tinggi dibanding masalah-masalah yang penting. Ada 2 alasan yaitu: 1) Mudah untuk mengenali masalah-masalah yang tampak. 2) Perlu diingat bahwa kita prihatin dengan pengambilan keputusan dalam organisasi.
4.      Pengembangan Alternatif
Karena pengambil keputusan jarang mencri suatu pemecahan optimum, melainkan yang agak memuaskan, kami berharap untuk menemukan suatu penggunaan minimal atas kreativitas dalam mencari alternatif-alternatif.
5.      Membuat Pilihan
Untuk menghinhari informasi yag terlalu sarat, para pengambil keputusan mengandalkan heuristik atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan. Terdapat dua macam heuristik yaitu :
· Heuristik ketersediaan, kecenderungan bagi orang-orang untuk mendasarkan penilain pada informasi yang sudah ada di tangan mereka.
· Heuristik representatif, menilai kemungkinan dari suatu kejadian dengan menarik analogi dan meliha situasi identik di mana sebenarnya tidak identik.

PERBEDAAN KARAKTERISTIK INDIVIDU AKAN MEMPENGARUH GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Riset terhadap gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi empat pendekatan individual yang berbeda terhadap pengambilan keputusan. Keempat pendekatan ini meliputi analitis, konseptual, direktif, dan behavioral. Selain memberikan satu kerangka untuk melihat perbedaan-perbedaan individual, gaya pengambilan keputusan dapat bermanfaat untuk membantu anda memahami bagaiman dua orang yang tingkat intelegensinya sama, dengan mengakseske informasi yang sama, dapat berbeda dalam cara-cara mereka melakukan pendekatan dalam keputusan dan pilihan terakhir yang mereka ambil.

·         Direktif
Orang yang menggunakan gaya direktif memiliki toleransi yang rendah terhadap ambiguitas dan mencari rasionalitas. Tipe direktif mengambil keputusan dengan cepat dan berorientasi jangka pendek.
·         Analitik
Tipe ini memiliki toleransi yang jauh lebih besar terhadap ambiguitas dibanding pengambilan keutusan direktif. Lebih banyak informasi dan pertimbangkan atas alternatif yang lebih banyak daripada alternatif yang digunakan tipe direktif.
·         Konseptual
Individu cenderung menjadi sangat luas dalam pandangan mereka dan mempertimbangkan banyak alternatif. Orientasi mereka jangka panjang dan mereka sangat baik dalam menentukan solusi yang kreatif.
·         Behavior
Pengambilan keputusan yang baik dengan yang lain. Mereka memperhatikan kinerja dari orang lain dan bawahan serta reseptif terhadap usul- usul. Daya manajer ini mengutamakan komunikasi dan penerimaan.
ETIKA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pertimbangan etis merupakan suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan organisasionalTiga cara yang berlainan untuk membuat kerangka keputusan dan memeriksa faktor-faktor yang membentuk perilaku pengambilan keputusan etis. Tiga kriteria keputusan etis tersebut yaitu :
1.      Utilitarian, keputusan diambil semata-mata atas hasil atau konsekuensi mereka. tujuan kriteria ini adalah memberikan kebaikan yang terbesar untuk jumlah yang terbesar. Pandangan ini cenderung mendominasi pengambilan keputusan bisnis.
2.      Hak, kriteria ini menekankan pada individu untuk mengambil keputusan yang konsisten dengan kebebasan hak yang mendasar. Hal ini berarti menghormati hak dasar para individu seperti hak berbicara dan hak untuk memperoleh pembelaan.
3.      Keadilan, mensyartkan individu untuk mengenakan dan memperkuat aturan-aturan secara adil dan tidak berat sebelah sehingga ada pembagian manfaat dan biaya yang pantas.

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS
o          Tahap perkembangan moral
Yaitu suatu penilaian terhadap kapasitas seseorang untuk menimbang yang secara moral benar, makin tinggi perkembangan moral seseorang makin kurang bergantung pada pengaruh-pengaruh luar dan makin cenderung berperilaku etis.

o          Lingkungan Organisasional
Orang-orang yang kekurangan rasa moral yang kuat akan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengambil keputusan yang tidak etis jika mereka dihambat oleh lingkungan organisasional yang tidak menyukai perilaku semacam itu. Sebaliknya individu yang sangat berbudi dapat dicemari oleh suatu lingkungan organisasional yang mengijinkan atau mendorong praktek-praktek tidak etis.
o          Tempat Kedudukan Kendali (Locus of Control),
Merupakan karakteristik kepribadian yang mengukur sejauh mana orang meyakini bahwa mereka bertanggung jawab untuk peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka. LOC Internal, lebih mengandalkan pada standar internal mereka sendiri mengenai benar atau salah untuk memandu perilaku mereka. LOC Eksternal, lebih kecil kemungkinannya untuk memikul tanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi dari perilaku mereka dan lebih besar kemungkinan untuk mengandalkan pengaruh-pengaruh eksternal.