Sunday, March 23, 2014

Chapter 5 & 6: Perception and Individual Decision Making

1.    Definisi Persepsi
Persepsi  adalah suatu proses dimana seseorang melakukan pemilihan, penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian atas informasi yang diterimanya dari lingkungan. Jadi persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya.
Menurut Stephen P. Robbins, persepsi (perception) adalah proses di mana indvidu mengatur dan mengintepretasikan kesan- kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. riset tentang persepsi secara konsisten menunjukkan bahwa indovidu yang berbeda dapat melihat hal yang sama tetapi memahaminya secara berbeda. Kenyataannya adalah bahwa tak seorang pun dari kita melihat realitas. Yang kita lakukan adalah mengintepretasikan apa yang kita lihat dan menyebutnya sebagai realitas.
2.    Faktor yang mempengaruhi Persepsi
·         Pelaku persepsi (Characteristics of the Perceiver)
Pelaku persepsi adalah penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. Contoh-contoh seperti seorang tukang rias akan lebih memperhatikan kesempurnaan riasan orang daripada seorang tukang masak, seorang yang disibukkan dengan masalah pribadi akan sulit mencurahkan perhatian untuk orang lain. Kita dipengaruhi oleh kepentingan/minat kita. Sama halnya dengan ketertarikan kita untuk memperhatikan hal-hal baru, dan persepsi kita mengenai orang-orang tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.
·         Target (Characteristics of the perceived)
Target adalah gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama pula. Contohnya adalah kecelakaan dua kali dalam arena ice skating dalam seminggu dapat membuat kita mempersepsikan ice skating sebagai olah raga yang berbahaya. Contoh lainnya adalah suku atau jenis kelamin yang sama, cenderung dipersepsikan memiliki karakteristik yang sama atau serupa.
·         Situasi ( Situation Context)
Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.
Tiap orang mempunyai persepsi sendiri-sendiri karena dipengaruhi oleh perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimulasi dan perbedaan kemampuan dalam menafsirkan atau memberi arti pada stimulasi tersebut. Indera merupakan filter masuknya stimulasi dalam kognisinya, dan kemudian orang memberi perhatian terhadap stimulasi itu untuk diberi arti. Namun perhatian seseorang tidak dapat menyeluruh, melainkan hanya pada aspek tertentu saja yaitu yang dianggap penting bagi dirinya.

TEORI ATRIBUSI
Pada dasarnya mengungkapkan bahwa bila individu mengamati perilaku, mereka mencoba menentukan apakah itu disebabkan faktor internal atau eksternal. Misalnya saja persepsi kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh penyebab-penyebab internal karena sebagai manusia mereka mempunyai keyakinan, maksud, dan motif-motif di dalam dirinya. Namun persepsi kita terhadap benda mati seperti gedung, api, air akan berbeda karena mereka adalah benda mati yang memiliki hukum alamnya sendiri (eksternal). Penentuan apakah perilaku itu merupakan penyebab eksternal atau internal bergantung pada tiga faktor :
· Kekhususan : apakah seorang individu memperlihatkan perilaku yang berlainan dalam situasi yang berlainan.
· Konsensus : yaitu jika setiap orang yang menghadapi situasi serupa bereaksi dengan cara yang sama.
· Konsistensi : apakah seseorang memberikan reaksi yang sama dari waktu ke waktu.

Salah satu penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada kekeliruan atau prasangka (bias, sikap berat sebelah) yang menyimpangkan atau memutar balik atribusi. Bukti mengemukakan bahwa kita cenderung meremehkan pengaruh faktor dari luar dan melebih-lebihkan pengaruh faktor internal. Misalnya saja, penurunan penjualan seorang salesman akan lebih dinilai sebagai akibat dari kemalasannya daripada akibat kalah saing dari produk pesaing.
Jalan Pintas yang Sering Digunakan Dalam Menilai Orang Lain
1.       Persepsi Selektif: Orang- orang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman, dan sikap. Contohnya, kita lebih cenderung melihat motor yang mirip motor kita sendiri. Hal ini menunjukkan bagaimana kepentingan pribadi cukup memperngaruhi masalah- masalah yang kita lihat.
2.       Efek Halo: Menarik suatu kesan umum mengenai seseorang individu berdasarkan suatu karakteristik tunggal. Gejala ini sering terjadi ketika mahasiswa menilai dosen mereka di ruang kuliah. Jadi dosen akan dinilai pendiam, banyak pengetahuan, populer, tetapi gayanya kurang bersemangat, ia akan dinilai lebih rendah mengenai karakteristik yang lain. Subyek membiarkan suatu ciri tunggal mempengaruhi seluruh kesan mereka dari orang- orang yang sedang dinilai.
3.       Efek-efek kontras: Evaluasi tentang karakteristik-karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan-perbandingan dengan orang lain yang baru ditemui, yang mendapat nilai lebih tinggi atau lebih rendah untuk karakteristik-karakteristik yang sama. Contohnya, anda akan terlihat buruk apabila beradu acting dengan anak- anak. Hal ini dikarenakan penonton sangat mencintai anak- anak. Efek ini dapat memutar balikkan persepsi. Reaksi kita terhadap satu orang sering dipengaruhi oleh orang lain yang baru saja kita jumpai.
4.       Proyeksi: Menghubungkan karakateristik-karakteristik diri sendiri dengan individu lain. mudah untuk menilai orang lain jika kita mengasumsikan mereka serupa dengan kita. Kecenderungan untuk menghubungkan karakteristik sendiri kepada orang lain dapat memutar balikkan persepsi yang dibuat mengenai orang lain.
5.       Stereotip: menilai seseorang berdasarkan persepsi tentang kelompok di mana ia tergabung. Contohnya, seorang pengusaha yang sedang mencari seorang manajer. Anda akan mencari manager yang suka bekerja keras dan dapat mengatasi masalah dengan baik.

Penerapan Persepsi dalam Organisasi
Persepsi memiliki banyak konsekuensi bagi organisasi. Didalamnya orang-orang selalu saling menilai. Berikut ini adalah beberapa penerapannya yang lebih jelas :
· Wawancara karyawan
Bukti menunjukkan bahwa wawancara sering membuat penilaian perseptual yang tidak akurat. Pewawancara yang berlainan akan melihat hal-hal yang berlainan dalam diri seorang calon yang sama. Jika wawancara merupakan suatu masukan yang penting dalam keputusan mempekerjakan, perusahaan harus mengenali bahwa faktor-faktor perseptual mempengaruhi siapa yang dipekerjakan dan akhirnya mempengaruhi kualitas dari angkatan kerja suatu organisasi.
· Pengharapan kinerja
Bukti menunjukkan bahwa orang akan berupaya untuk mensahihkan persepsi mereka mengenai realitas, bahkan jika persepsi tersebut keliru. Pengharapan kita mengenai seseorang/sekelompok orang akan menentukan perilaku kita.. Misalnay manager memperkirakan orang akan berkinerja minimal, mereka akan cenderung berperilaku demikian untuk memenuhi ekspektasi rendah ini.
· Evaluasi kinerja
Penilaian kinerja seorang karyawan sangat bergantung pada  proses perseptual. Walaupun penilaian ini bisa objektif, namun banyak yang dievaluasi secara subjektif. Ukuran subjektif adalah berdasarkan pertimbangan, yaitu penilai membentuk suatu kesan umum mengenai karyawan. Semua persepsi dari penilai akan mempengaruhi hasil penilaian tersebut.
· Upaya karyawan
Dalam banyak organisasi, tingkat upaya seorang karyawan dinilai sangat penting, jadi bukan hanya kinerja saja. Namun penilaian terhadap upaya ini sering merupakan suatu pertimbangan subjektif yang rawan terhadap distorsi-distorsi dan prasangka (bias) perseptual.
· Kesetiaan karyawan
Pertimbangan lain yang sering dilakukan manager terhadap karyawan adalah apakah karyawan tersebut setia atau tidak kepada organisasi. Sayangnya, banyak dari penilaian kesetiaan tersebut bersifat pertimbangan. Misalnya saja individu yang melaporkan tindakan tak etis dari atasan dapat dilihat sebagai bertindak demi kesetiaan kepada organisasi ataupun sebagai pengacau.
· Pembentukkan Profil
Pembentukkan stereotip dimana satu kelompok individu dipilih biasanya berdasarkan ras atau etnis untuk penyelidikan intensif, inspeksi ketat atau investigasi
Hubungan antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan Individual
Pengambilan kuputusan individual, baik ditingkat bawah maupun atas, merupakan suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana individu dalam organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka sebagiah besar dipengaruhi oleh persepsi mereka.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui satu pemilihan alternatif dari berbagai alternatif. Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari berbagai alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah.
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambil keputusan yang optimal adalah rasional. Artinya dia membuat pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam batas-batas tertentu. Pilihan dibuat mengikuti pengambilan keputusan rasional. Langkah- langkah dalam pengambila keputusan rasional tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Mendefinisikan masalah
2.      Identifikasikan kriteria keputusan
3.      Alokasikan bobot pada kriteria
4.      Mengembangkan Alternatif
5.      Evaluasi alternatif
6.      Pilihlah alternatif terbaik
Model pengambilan keputusan rasional yang baru saja digambarkan mengandung sejumlah asumsi sebagai berikut :
1.          Kejelasan masalah
2.          Pilihan-pilihan diketahui
3.          Pilihan yang jelas
4.          Pilihan yang konstan
5.          Tidak ada batasan waktu atau biaya
6.          Pelunasan maksimum
PRAKTEK PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI
1.      Rasionalitas Terbatas
Yaitu para individu mengambil keputusan dengan merancang bangun model-model yang disederhanakan yang menyuling ciri-ciri hakiki dari masalah tanpa menangkap semua kerumitannya. Aspek yang menarik dari rasionalitas terbatas ini adalah bahwa urutan di mana alternatif-alternatif dipertimbangkan bersifat kritis dalam menentukan alternatif mana yang dipilih.
2.      Intuisi
Pengambilan keputusan intuitif seperti yang digunakan oleh Joe Garcia baru-baru ini muncul dan disegani. Ada sejumlah cara untuk mengkonseptualkan  intuisi. Pengambilan keputusan secara intuitif sebagai suatu proses tak sadar yang dicipakan dari dalam pengalaman yang tersaring. Kemungkinan terbesar untuk orang menggunakan keputusan intuitif adalah dalam kondisi- kondisi berikut:
*      Bila ada ketidakpastian dalam tingkat yang tinggi
*      Bila hanya sedikit dampak- dampak yang akan diikuti
*      Bila variabel- variabel kurang dapat diamati secara ilmiah
*      Bila fakta terbatas
*      Bila tidak jelas mana langkah berikutnya yang harus diikuti
*      Bila data analitik kurang berguna
*      Bila banyak penyelesaian alternatif yang masuk akal untuk dipilih dengan argumen yang masuk akal
*      Bila waktu pengambilan keputusan terbatas dan ada tekanan untuk segera diambil keputusan yang tepat

3.      Identifikasi Masalah
Masalah-masalah yang tampak cenderung memiliki probabilitas terpilih yang lebih tinggi dibanding masalah-masalah yang penting. Ada 2 alasan yaitu: 1) Mudah untuk mengenali masalah-masalah yang tampak. 2) Perlu diingat bahwa kita prihatin dengan pengambilan keputusan dalam organisasi.
4.      Pengembangan Alternatif
Karena pengambil keputusan jarang mencri suatu pemecahan optimum, melainkan yang agak memuaskan, kami berharap untuk menemukan suatu penggunaan minimal atas kreativitas dalam mencari alternatif-alternatif.
5.      Membuat Pilihan
Untuk menghinhari informasi yag terlalu sarat, para pengambil keputusan mengandalkan heuristik atau jalan pintas penilaian dalam pengambilan keputusan. Terdapat dua macam heuristik yaitu :
· Heuristik ketersediaan, kecenderungan bagi orang-orang untuk mendasarkan penilain pada informasi yang sudah ada di tangan mereka.
· Heuristik representatif, menilai kemungkinan dari suatu kejadian dengan menarik analogi dan meliha situasi identik di mana sebenarnya tidak identik.

PERBEDAAN KARAKTERISTIK INDIVIDU AKAN MEMPENGARUH GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Riset terhadap gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi empat pendekatan individual yang berbeda terhadap pengambilan keputusan. Keempat pendekatan ini meliputi analitis, konseptual, direktif, dan behavioral. Selain memberikan satu kerangka untuk melihat perbedaan-perbedaan individual, gaya pengambilan keputusan dapat bermanfaat untuk membantu anda memahami bagaiman dua orang yang tingkat intelegensinya sama, dengan mengakseske informasi yang sama, dapat berbeda dalam cara-cara mereka melakukan pendekatan dalam keputusan dan pilihan terakhir yang mereka ambil.

·         Direktif
Orang yang menggunakan gaya direktif memiliki toleransi yang rendah terhadap ambiguitas dan mencari rasionalitas. Tipe direktif mengambil keputusan dengan cepat dan berorientasi jangka pendek.
·         Analitik
Tipe ini memiliki toleransi yang jauh lebih besar terhadap ambiguitas dibanding pengambilan keutusan direktif. Lebih banyak informasi dan pertimbangkan atas alternatif yang lebih banyak daripada alternatif yang digunakan tipe direktif.
·         Konseptual
Individu cenderung menjadi sangat luas dalam pandangan mereka dan mempertimbangkan banyak alternatif. Orientasi mereka jangka panjang dan mereka sangat baik dalam menentukan solusi yang kreatif.
·         Behavior
Pengambilan keputusan yang baik dengan yang lain. Mereka memperhatikan kinerja dari orang lain dan bawahan serta reseptif terhadap usul- usul. Daya manajer ini mengutamakan komunikasi dan penerimaan.
ETIKA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pertimbangan etis merupakan suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan organisasionalTiga cara yang berlainan untuk membuat kerangka keputusan dan memeriksa faktor-faktor yang membentuk perilaku pengambilan keputusan etis. Tiga kriteria keputusan etis tersebut yaitu :
1.      Utilitarian, keputusan diambil semata-mata atas hasil atau konsekuensi mereka. tujuan kriteria ini adalah memberikan kebaikan yang terbesar untuk jumlah yang terbesar. Pandangan ini cenderung mendominasi pengambilan keputusan bisnis.
2.      Hak, kriteria ini menekankan pada individu untuk mengambil keputusan yang konsisten dengan kebebasan hak yang mendasar. Hal ini berarti menghormati hak dasar para individu seperti hak berbicara dan hak untuk memperoleh pembelaan.
3.      Keadilan, mensyartkan individu untuk mengenakan dan memperkuat aturan-aturan secara adil dan tidak berat sebelah sehingga ada pembagian manfaat dan biaya yang pantas.

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN KEPUTUSAN ETIS
o          Tahap perkembangan moral
Yaitu suatu penilaian terhadap kapasitas seseorang untuk menimbang yang secara moral benar, makin tinggi perkembangan moral seseorang makin kurang bergantung pada pengaruh-pengaruh luar dan makin cenderung berperilaku etis.

o          Lingkungan Organisasional
Orang-orang yang kekurangan rasa moral yang kuat akan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk mengambil keputusan yang tidak etis jika mereka dihambat oleh lingkungan organisasional yang tidak menyukai perilaku semacam itu. Sebaliknya individu yang sangat berbudi dapat dicemari oleh suatu lingkungan organisasional yang mengijinkan atau mendorong praktek-praktek tidak etis.
o          Tempat Kedudukan Kendali (Locus of Control),
Merupakan karakteristik kepribadian yang mengukur sejauh mana orang meyakini bahwa mereka bertanggung jawab untuk peristiwa-peristiwa dalam hidup mereka. LOC Internal, lebih mengandalkan pada standar internal mereka sendiri mengenai benar atau salah untuk memandu perilaku mereka. LOC Eksternal, lebih kecil kemungkinannya untuk memikul tanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi dari perilaku mereka dan lebih besar kemungkinan untuk mengandalkan pengaruh-pengaruh eksternal.

No comments:

Post a Comment